JURNAL #71_ JADIKANLAH KAMI(AKU) PEMBACA YANG BAIK

Bekerja. Merupakan tiga suku kata yang artinya melakukan suatu pekerjaan. Tapi, dibalik tiga suku kata tersebut ada makna tersembunyi yang berbeda bagi setiap subjeknya.

Misalnya, aku telah lama sekali menekuni dunia seni. Tapi, aku mulai jengah. Ingin sesuatu yang baru. Bukan karena aku tak menyukainya lagi. Hanya saja, aku ini makhluk yang selalu ingin belajar hal-hal baru. Maka, disela-sela kesibukanku dalam bekerja aku akan berusaha menyempatkan waktu untuk menjadi pembaca sekaligus penulis.

Tapi, suatu hari aku melontarkan sebuah pertanyaan kepada salah seorang kawanku. "Aku takut, jika suatu saat nanti aku tidak pernah bisa lagi meluangkan waktu untuk membaca. Bagaimana ya?"

"Aku lebih takut lagi, kalau-kalau aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan."
"Loh, kenapa seperti itu?"
"Kamu itu mending ya. Punya kompetensi. Nah aku? Apa yang bisa dibanggain? Nulis aja nggak masuk-masuk media, nggambar aja jelek, nyanyi sumbang. Apa lagi masak? Bisanya cuma masak air mata!"
"Duh, kok kamu malah ngegas sambil main puisi sih? Wkwk. Siapa bilang kamu nggak punya kompetensi? Aku lihat, kamu suka membaca buku-buku berat seperti buku milik Pram. Kenapa kamu tidak mencoba membuat resensi buku yang telah kamu baca?"
"Kan aku sudah bilang. Aku tidak pandai menulis. Apalagi menulis resensi buku!"
"Kan kamu belum pernah mencobanya. Kenapa kamu bilang itu susah?"
Dia pun terdiam. Tiga detik kemudian, "sama aja!"
"Oke, kalau kamu nggak berniat nulis. Gini deh. Aku bahkan juga malah iri sama kamu. Kamu sudah melahap habis karya-karya Pramoedya Ananta Toer sejak SMP sampai sekarang. Sedangkan aku, sewaktu SMP saja masih pemalas. Tidak suka baca buku. Tidak tahu siapa Pram. Bahkan, aku tahu Pram baru sewaktu kuliah! Sekarang, aku sangat menikmati menjadi seorang pembaca. Bahkan, aku malah tidak ingin bekerja. (menjadi pengangguran yang menulis buku saja, hhh) Ingin membaca seumur hidupku. La ini, kamu malah khawatir kalau nggak bisa bekerja."
"Ya aku khawatir, karena nggak ada modal yang kuat."
"Kamu itu terlalu membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Jadilah kamu tidak berenergi seperti ini. Aku pun dulu juga seperti kamu. Merasa putus asa. Tidak bisa apa-apa. Tapi, aku punya keinginan untuk belajar. Maka, aku akan meraihnya. Meskipun tidak bisa dikatakan sukSES, tapi setidaknya aku pernah berproSES. Nantinya akan dijadikan modal untuk hal-hal yang kita anggap sepele (ah, kalau masalah beginian mah aku bisa) kita share ke orang lain (istilahnya jadi mentor atau pendidik lah)."
"Iya, kamu enak ya. Bisa desain, pinter TI, bisa nulis, maen kemana-mana, jadi traveler, trus udah kaya konsultan juga."
"Gilak. Kan, kan, masih aja nyombongin aku. Kapan kamu belajar? Nggak cuma menilai orang lain aja... Hmmm."
"Ya deh, aku belajar. Tapi kalau lagi mood."
"Noh, kan. Coba deh, kamu seneng apaan. Belajar lebih dalem. Kalau ngerasa gabisa, tetep aja paksain. Bukankah sesuatu yang dipaksakan akan menjadi bisa? Bukankah bisa karena terbiasa? Kamu hanya perlu Just do it untuk menjadi duit. Wkwk"
"Ah, iya iyaaaaaa... Ntar aku coba meditasi. Udah laper ini ngobrol dari tadi. Curhat mamah dedehnya nanti lagi. Yuk lah makan."
"Dasar, hmmm."


Tuhan, aku sadar. Aku ini bukan orang baik. Bahkan, jika aku bukan pekerja yang baik. Maka, jadikanlah aku beserta orang-orang yang membaca tulisan ini menjadi pembaca yang baik. Entah membaca buku, firasat, lingkungan, maupun alam dariMu. Tolong, jangan lelah menuntun kami. Aamiin.

#pembelajarseumurhidup
#belajar
#bekerja
#berkarya


0 komentar