JURNAL #101_ MENULIS ITU BAGIAN DARI SILATURAHMI

Halo? Bagaimana kabar Anda? Saya harap kita tidak hanya bertegur sapa saja lalu kembali senyap. Oh, sebentar. Bukan seperti itu. Mungkin, salah satu di antara kita pernah berniat basa-basi untuk memulai sebuah perbincangan. Tapi sebetulnya hal itu benar-benar basi, karena hanya mengungkit orang lain. benar-benar unfaedah! Mari, membahas progress kita saja, sampai di mana. Apa impian, cita-cita, serta bagaimana kabar kita dan keluarga saja. Ya bukan?

Akhir-akhir ini, beberapa kawan sering menanyakan perihal keberadaan saya. Mengapa saya jarang menulis lagi? Maaf ya kawan-kawan, saya mulai tidak disiplin lagi dalam menulis. Saya sudah beberapa kali melalaikannya. Tak jarang hidup saya menjadi limbung. Tanpa arah dan tujuan. Hanya menguap begitu saja, tanpa makna. 

Baiklah, kali ini saya kembali menulis lagi. Jurnalis senior saya pernah bersabda bahwa, “Menulis itu merupakan bagian dari silaturahmi”. Jadi, kembali saya ucapkan lagi. Bagaimana kabar Anda sekalian? Di sini saya sedang (tidak) baik-baik saja. Lama tak menulis membuat saya kehilangan banyak sekali kosakata. Mulai bingung apa yang mau ditulis, apalagi diutarakan. Ditambah dua bulan lamanya saya tidak membaca buku (secara tuntas). Ide-ide pun mandeg. Mulai tidak produktif dan tidak kreatif.

Saya yang sedari awal introver, kini menjadi lebih introver lagi. Tak bisa dipungkiri, rasa percaya diri saya mulai luntur. Saya menjadi lebih jarang berbicara. Bahkan, saya sangat betah tidak berbicara selama setengah hari. Hanya menekuri telepon pintar. Atau, paling pol membaca buku (setengah-setengah). Diajak keluar pun, saya sangat enggan. Bukan mager. Meskipun saya jenis manusia yang sebenarnya introver, namun saya sejatinya senang bertualang. Sebab, kerja jurnalis itu hampir sama dengan petualang. Kerjanya berburu saja. Tapi sudah lama, terhitung dua setengah tahun saya mulai pasif menjadi jurnalis. Mungkin, itu yang membuat saya kehilangan semangat –sampai sekarang? 

Diajak ngobrol pun mulai ngalor-ngidul. Meskipun yang diobrolkan kadang saya juga nggak nyambung. Tapi setidaknya saya mau menanggapi. Tapi, kadang untuk menanggapi saja sekarang terkadang malas. Terlebih, untuk sekadar berbicara saja malas. Semua sosmed saya juga pasif. Kadang hanya membuat beberapa story -yang (kadang) berfaedah, kadang tidak. 

Banyak meluangkan waktu untuk scroll informasi yang (sebenarnya) itu amat sangat tidak penting. Ternyata, mabuk informasi itu ternyata sangat tidak bagus untuk otak ya? Otak saya lebih banyak berpikir namun tidak menghasilkan apa-apa. Sudah berbicara seperlunya. Berkarya pun juga semaunya. Dasar manusya!

Saya butuh tamparan. 
Terima kasih.
Tabik.

#kontemplasi
#refleksi
#menulis adalah bagian dari silaturahmi

0 komentar