JURNAL #104_ IMPIAN MENJADI SEORANG PEMULUNG, HIDUP BERSAMA TANAMAN, TULISAN, DAN BARANG-BARANG BEKAS LAINNYA

Jika saya meminta Anda untuk memberikan mahar berupa seribu tanaman dan seribu botol plastik bekas, apakah Anda akan menyanggupinya?

Bukankah tidak ada yang tidak mungkin? Saya sering mendengar dan melihat dari kebanyakan orang. Kalau namanya sudah cinta, mau sesulit apapun bakal diarungi bersama-sama dan bakal diusahan sedemikian rupa, bukan? Tengok saja kisah Roro Jonggrang yang meminta seribu candi kepada kakandanya, Bandung Bondowoso. Si Bandung, dengan sedemikian cara termasuk bersekutu kepada para jin saja rela. Tapi Anda jangan ya? Cukup berusaha secara manusiawi. HHH!

Saya ingin, ketika saya membuka jendela rumah saya, yang saya lihat pertama kali adalah rentetan tanaman yang kita rawat bersama. Bukannya perumahan yang saling berhimpit, maupun gedung-gedung pencakar langit. Oh, betapa surga dunia ada di depan mata bukan? Surganya para pecinta kedamaian. Di mana jauh dari riuh kendaraan bermotor, bebas polusi udara, dan kita melihat kupu-kupu beterbangan kesana-kemari, mendengar burung-burung bersiul, serta menikmati senja bersama-sama.

Jika Anda rasa permintaan saya tergolong sulit, dan mungkin entah Anda (tanpa sengaja) memaki maupun menyumpah-serapahi saya, “Dasar perempuan materialis!” baik, saya terima. Tapi, tolong ingat bahwa saya tidak meminta keduanya secara egois, mohon kita luruskan persepsi ini biar sama-sama nyambung. Pertama, saya ingin merawat tanaman-tanaman tersebut bersama Anda. Bahkan, jika nanti tanaman tersebut sudah besar, bukankah akan membuat sejuk halaman rumah kita? Di sisi lain, polusi udara juga bakal terserap sedikit demi sedikit. Anak cucu kita juga bakal menyayangi alam? Sama seperti saya menyayangi Anda, begitupula sebaliknya, bukan?

Kedua, saya ingin botol-botol plastik yang Anda kumpulkan tersebut nantinya kita buat ecobrick bersama-sama. Apa itu ecobrick? Begini ceritanya. Bukankah saban hari, terhitung dari kita lahir sampai sekarang, kita masih terus-menerus mengkonsumsi plastik secara tidak langsung? Baik sampah plastik dari bungkus sampo, detergen, maupun bungkus makanan? Nah, maka dari itu saya ingin plastik bekas tersebut kita masukkan ke dalam botol yang telah Anda kumpulkan tadi. Begitulah asal muasal ecobrick. Selain mengurangi pembakaran sampah yang berakibat polusi udara, bukankah sedikit demi sedikit kita ikut merawat bumi pertiwi? 

Ketiga, jika botol plastik tersebut sudah terisi plastik bekas seluruhnya lalu akan diapakan? Saya ingin membuatnya menjadi pelbagai perabotan. Seperti di video-video yang pernah saya lihat, berita-berita yang saya baca, dan pengalaman orang-orang yang saya dengarkan. Saya ingin rumah kita berlandaskan cinta alam dan sesama manusia, sama seperti bunyi dasadharma pramuka itu! HHH.

Saya bukannya hendak mempersulit Anda, atau mengetes Anda. Saya hanya ingin orang-orang juga ikut serta berbondong-bondong mengikuti jejak kita. Dimana menikah dengan mahar berupa tanaman dan juga botol plastik bekas. Bukankah mereka kelak akan menuainya sendiri pula? Bahwa betapa bahagianya menghirup udara bersih, sejuk, dan segar? Betapa menyenangkannya melihat tanaman tumbuh di pekarangan sendiri?

Dan akhirnya, Anda pun memenuhi permintaan saya. Anda meminta waktu selama tiga bulan untuk pergi bekerja di luar kota dan saya diminta untuk tidak menghubungi Anda dalam kurun waktu tersebut. Sebab, Anda bilang ingin mempersiapkan anggaran untuk biaya pernikahan kita kelak dan juga mahar yang saya minta tersebut. Lantas, saya pun menyetujuinya. 

Setelah tiga bulan berlalu, Anda akhirnya pulang dan mengetuk pintu rumah saya. Sambil berkata, “Ayo, besok kita menikah!” Sedikit haru dan ada sepercik titik air di pelupuk mata saya yang bercampur rasa sebal karena Anda meminta saya tidak boleh menghubungi Anda selama itu. Sebentar, ini bukan mimpi kan? 

Esok harinya kita benar-benar menikah. Selang beberap bulan kemudian, orang-orang mulai mendengar kabar tentang kami, di mana sepasang suami istri yang menikah karena maharnya yang unik. Lalu, banyak perempuan di luar sana yang meminta mahar yang sama, yaitu seribu pohon dan seribu botol plastik bekas. Ya, saking banyaknya hanya terjadi di dunia dongeng dan khayalan.

#beberapa baris cerpen yang dikolaborasikan bersama impian (menjadi penulis merangkap pemulung, seperti Soesilo Ananta Toer)
#untuk calon imam dalam angan

Cintai bumi,
dan juga
saya!

H
H
H
!

0 komentar