Kira-kira,
apa yang terlintas di pikiran kita saat mendengar kata 17 Agustus?
Pastinya Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia bukan? Tapi, memasuki
usia yang ke tujuh puluh tiga ini, apa benar Indonesia sudah merdeka? Mengingat
begitu hangatnya isu-isu maupun konflik yang terjadi saat ini, terutama
beredarnya berita palsu di era digital. Mari kita simak pembahasan berikut ini.
Sebagai contoh,
pengguna akun Instagram di Indonesia telah didominasi oleh kalangan muda
berusia antara 18 sampai 24 tahun. Sedangkan lebih dari setengah persen pengguna
Instagram, yaitu 51% penggunanya adalah perempuan, sisanya yaitu 49%
adalah laki-laki. Tandanya, kebanyakan usia muda lebih banyak menggunakan
sosial media di era digital ini.
Hal
ini tentu berkaitan dengan salah satu tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa
Indonesia sendiri, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat mau tidak
mau dituntut untuk menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang mulai
sekarang serba digital ini.
Namun,
faktanya Indonesia sering digaduhkan dengan beredarnya hoaks. Bahkan banyak diantaranya
menyebarkan ulang berita palsu tersebut tanpa mengetahui kebenarannya. Imbasnya,
tujuan kemerdekaan yang dimaksudkan akan susah dicapai jika masih ada yang
belum sadar dan mengerti akan hoaks.
Berikut
ini data yang dikutip dari Mastel bahwa kebanyakan hoaks beredar melalui
media sosial serta paling sering diterima dalam bentuk tulisan. Sayangnya,
masih banyak yang menganggap bahwa informasi yang tersaji di sosial media merupakan
informasi yang valid, jadi tanpa banyak pikir panjang langsung menyebarkan
ulang berita palsu. Sungguh, sangat terjal perjalanan kita dalam memerangi
hoaks di era digital ini.
Mari beralih sejenak ke
perjalanan yang lainnya, yang masih berhubungan dengan hoaks, yaitu pengalaman saya
pribadi. Mengingatkan saya akan perjalanan ke beberapa tempat yang pernah saya
kunjungi menggunakan sepeda motor. Saya sering pergi ke suatu tempat hanya
bersama beberapa sahabat saja menggunakan sepeda motor. Memang sengaja sedikit
orang dan bermotoran, biar nggak terlalu rame, biar feelnya lebih kerasa,
dan nggak terlalu rempong! Ehee.
Pernah
suatu ketika kami berangkat pergi ke pantai (saya lupa namanya) yang jelas
waktu itu masih pagi, sekitar jam 11an! Lebih tepatnya, sudah hampir siang!
Haha. Cuacanya begitu panas, jalannya terjal, naik-turun, berkelok-kelok, dan yang
jelas kami hanya berbekal GMaps dan petunjuk jalan. Sayangnya kami lebih
sering dapat bonus di setiap perjalananan, yaitu nyasar! Mau tidak-mau kan harus
tanya warga sekitar?
Kalau
nyasar mah bisa diatasi yaa.. Nah, kalau tiba-tiba motor macet di jalanan kan
susah diatasi? Kalau pas ada orang boleh lah minta tolong. Nah kalau nggak ada
orang, mau minta tolong sama siapa? Sama rumput yang begoyang?! Apalagi kami
perempuan, mana tahu kami perihal permotoran seperti itu! Ya tahu, bagi mereka
yang memang hobi dengan otomotif. La kalau saya? Boro-boro tahu otomotif,
bagian-bagian motor aja nggak tahu namanya! Apa itu pelek, busi, dan nama-nama
asing dunia permotoran lainnya di gendang telinga saya!
Suatu
hari, di mana kejadian yang tidak pernah terduga ternyata malah kejadian. Nah? Begini
ceritanya. Waktu itu motor saya bermasalah di tengah jalanan coba! Gigi motornya
nggak bisa dimajuin, apalagi diturunin, terus maunya apa kan bingung? Kami
menunggu seperti orang hilang. Lama banget waktu itu, nggak ada sinyal pula,
sambil selfie sambil berdoa biar ada orang lewat!
Demi
apa, serasa ada 1000 malaikat yang sedang dipihak saya waktu itu. Ehee.
Akhirnya ada bapak-bapak baik yang nolongin. Ternyata bapaknya bilang kalau
motor saya rantainya kendor. Si bapak kemudian membetulkan motor saya. Entah di
bagian apanya saya nggak tahu. Hanya berbekal alat perbengkelan –yang namanya
saya juga tidak tahu- yang ada di dalam jok motornya (seperti kantong doraemon
saja!).
Selesai
sudah perjalanan saya waktu itu. Berkat pengalaman tersebut, saya tidak mau
terjerumus lagi ke dalam lubang yang sama karena buta akan informasi
permotoran! Setidaknya, sedikit lebih tahu itu bisa membantu kita agar tidak
tertipu, daripada tidak sama sekali. Bukankah lebih baik terlambat, daripada
tidak sama sekali?
Sayangnya
saya terlalu terlambat untuk mengenal Moladin. Tapi tak apa, begitu saya
mengenal Moladin saya langsung membuka berbagai menu yang ada di sana. Voila!
Ternyata Moladin ini memang sengaja diperuntukkan untuk menyediakan informasi
yang valid tentang dunia permotoran (cocok banget buat saya yang awam).
Di
sana Moladin menyediakan tips dan trik, informasi suku cadang, maupun forum
diskusi untuk tanya jawab masalah permotoran. Apalagi sekarang sedang marak beredarnya
onderdil palsu yang terpasang di sepeda motor baru. Tapi, Moladin
mengantisipasinya dengan memberikan informasi seputar sepeda motor baru beserta
spesifikasinya. Bahkan kalau mau beli motor aja lewat Moladin aja! No
tipu-tipu!
Tidak
hanya itu, jika kebetulan kita sedang mogok di jalanan (sama seperti yang saya
alami), Moladin berbaik hati memberikan saran untuk pergi ke bengel terdekat
lo! Semua sudah terpasang dalam satu aplikasi. Jadi tidak perlu khawatir lagi
dengan masalah motor. Ingat motor, ya ingat Moladin!
Terakhir
sebagai penutup dari seluruh perjalanan ini, dibutuhkan sosialisasi mengenai
hoaks untuk golongan yang termuda maupun yang tertua. Baik mengenai cara-cara
mengidentifikasi tulisan hoaks, cara mencari informasi yang valid, serta
menyebarkan berita yang valid di saat meledaknya informasi di era digitial ini.
Serta tidak terlalu terkungkung dalam media sosial karena rawan akan hoaks. Sehingga
tujuan dan cita-cita kemerdekaan bisa terwujud perlahan-lahan melalui kesadaran
dari diri sendiri dan kerjasama dari beberapa pihak.
Terima kasih telah membaca tulisan saya. Semoga bermanfaat ya!
Yogyakarta, Agustus 2018