Takut. Bukan takut mungkin, sebetulnya kata
MALAS yang lebih tepat untuk mewakilinya. Di sini saya akan membahas betapa Saya
dulu sangatlah malas untuk berkendara motor. Bukan
karena tidak bisa dan bukan karena takut. Awalnya saya menganggap enteng karena
belajar berkendara motor itu tidaklah penting. Sebenarnya untuk membeberkan cerita
ini sangat membutuhkan keberanian yang cukup besar. Meskipun begitu, Saya akan
tetap membagikannya kepada Anda, karena kebetulan sekali ada seseorang yang
menganggap belajar berkendara motor itu tidaklah penting. Topik bahasan ini tidak
sepenuhnya tentang motor, tetapi sangatlah memungkinkan untuk dikaitkan dengan
makna “belajar” yang sesungguhnya. Entah dalam pendidikan maupun kehidupan
sehari-hari.
Tidak terpikirkan sedetik pun untuk
belajar berkendara motor. Boro boro buat
belajar, megang saja sudah malas..hhe. Dulu saya berpikir bahwa sekarang sudah
ada transportasi bis dan saya sendiri sudah bisa berkendara sepeda, untuk apa
berkendara motor. Ternyata maindset saya
ini benar benar salah kaprah.
Kita
belajar itu bukan untuk mengharap apa yang penting dan apa yang tidak penting untuk
kita. Pengalaman saya sewaktu
di STM dulu juga sama. Untuk apa susah susah belajar Integral, Fisika, Kimia,
maupun Sejarah. Dasar matematika saja sudah cukup untuk kita, kenapa harus
ditambah perihal yang lebih memusingkan kepala? Selalu saja seperti itu, terus
menerus mengeluh. Tetapi ternyata memang benar. Janganlah kita menganggap diri
kita ini terlalu hebat hanya karena bisa penjumlahan dan pengurangan. Karena sejatinya
proses belajar itu akan terus mengalir tanpa henti. Meskipun itu tidak berguna
untuk sekarang, tetapi pasti akan berguna untuk hari esok.
Kembali ke masalah motor. Setahun setelah
kelulusan STM saya dihadapkan pada sebuah naskah yang bertuliskan “Selamat Anda
Terdaftar Sebagai Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA Jurusan Ilmu Perpustakaan”. Luar
biasa shock moment nya waktu itu. Betapa
Saya harus memutar balikkan kepala Saya sampai ke titik nol. Alhamdulillah Saya keterima, tetapi apa
iya Saya harus bersepeda setiap hari dengan jarak ± 15 KM perjalaman? Atau
harus naik bis meski harus gonta ganti jalur
bis agar sampai tujuan. Dan waktu itupun bis sudah berhenti beroperasi jam
17.00 WIB.
Sebelum resmi memulai OSPEK tepatnya
seminggu sebelumnya, Saya meminta Ayah untuk mengajari berkendara motor. Tekanan
batin terlalu menimpa Saya akibat terlalu memikirkan bagaimana nantinya jika Saya
tidak bisa memberhentikan motor? Sepanjang Saya belajar dan sepanjang itulah
pertanyaan mulai bertebaran dan terus menerus menghantui mimpi Saya. Yang awalnya kita TERPAKSA, seiring
berjalannya waktu kita akan TERBIASA.
Sembari berangkat dan pulang kuliah, Saya masih
terus menerus belajar untuk mengasah kemampuan Saya. Tidak hanya perkara motor.
Hal ini bisa menjadikan faedah untuk
perkara lain juga. Agar tidak menganggap remeh makna ‘belajar” yang
sesungguhnya.
Sleman, 12 Mei 2017
Di sebelah radio tua yang serak serak
(Jurnal #2_HR)
Layaknya sebatang pohon yang disambar petir
Hanya sebatang kara masih disindir sindir
Kalau masih ingin berkarir
Jangan hanya mondar mandir
Ingat waktu tak henti bergilir
Basmallah kata pertama jika akan memulai sesuatu agar nantinya hidup ini semakin barokah.
Akankah sanggup bagi Saya untuk menyelesaikan jurnal ini hingga satu tahun? Ada kalanya pasti ada rasa bosan yang menggelitik. Seraya berkata "Yakinkah kamu akan sanggup melewati ini sendiri? Yakinkah kamu akan kuat jika ada orang yang pasti selalu menghadang hadang dirimu untuk menjemput amarahmu? Dan terakhir apakah benar kamu akan selalu menulis dengan niat yang baik?"
Saya menulis maka Saya ada
Dan kalian adalah buktinya
Saya menulis dan Saya hidup
Mungkin tertanam di benak kalian. Ada apa dengan Saya? Apa yang sebenarnya terjadi pada Saya? Tiba tiba saja memutuskan untuk menyeret seluruh isi otak Saya ke dalam kerangka mati yang bernama smartphone ini
Ah mungkin tak hanya tanya yang terlontarkan dari kalian. Biarlah kali ini Saya mengisi blog yang memang sejatinya mati suri ini. Tidak hanya mati suri sebenarnya, bahkan ingin mengakhirinya sekalian pun tak sanggup. Layaknya hidup seseorang, jika kita memutuskan untuk mati sebelum takdirnya, kita tak akan henti hentinya meratapi betapa menyedihkannya diri ini.
Sleman, 11 Mei 2017
Di gedung tua bersama orang-orang yang hiruk pikuk menawarkan dagangannya
(Jurnal #1_HR)
1. Buka lokasi tempat penyimpanan font Hanacaraka
2. Copy font (CTRL + C)
3. Buka Local Disk C >Windows >Fonts
4. Paste font tadi (CTRL + V)
5. Kembali ke aplikasi Microsoft Office Word. Cek
apakah sudah berhasil atau belum. Jika sudah ada fontnya maka akan muncul
gambar seperti di bawah ini.
That’s All for me. Demikian tutorial dari saya. Semoga membantu. Mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan. Terima kasih sudah membaca. Tunggu postingan
berikutnya ya!!! :)
a[loknCknC
Halo kanca-kanca.
Begitulah kiranya arti dari aksara Jawa di atas. Oh ya di sini saya mau share bagaimana cara menulis aksara Jawa
di komputer kalian menggunakan aplikasi “Hanacaraka”. Selain itu aksara Jawa ini
juga bisa di copy paste ke aplikasi
Microsoft Office Word lo. Penasaran gimana caranya? Langsung aja ya. Let’s go!
1.
2.
Buka aplikasi
Hanacaraka lalu kalian akan mendapati halaman seperti berikut
3.
Klik menu Pengenalan
Aksara lalu buatlah kalimat sesuka kalian dengan cara klik button huruf yang akan dituliskan. Kalian juga bisa nambahin Pasangan di sayap sebelah
kanan. Ada juga sandangan untuk mengubah
vocal maupun tambahan kata.
Masih banyak menu dan sub menu di dalamnya. Coba
kalian eksplorasi sendiri ya!
4.
Trus gimana cara copy paste nya?
Di sebelah kanan kan ada button copy. Coba kalian klik deh.
5.
Masuk ke
aplikasi Microsoft Office Word. Sebelumnya kalian harus udah punya font
Hanacaraka di komputer kalian. Ubah font di menu Home menjadi Hanacaraka. (CaraMenambah Font di komputer)
6.
Paste
kan aksara Jawa yang sudah di copy tadi
Berikut contoh teks yang telah saya buat.
That’s All for me. Demikian tutorial dari saya. Semoga membantu.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Terima kasih sudah membaca.
Tunggu postingan berikutnya ya!!! :)
Mudah sekali
jika ada seseorang yang berkata sabar itu tak ada batasnya. Enak saja bilang
seperti itu. Kita wajib menuntut ketidakadilan ini. Kita wajib memperhitungkan
semua ini dan kita tidak mau dirugikan di kala ada seseorang yang sedang
meraung-raung memohon maaf kepada kita. Begitukah hidup? Saling balas membalas?
Saling iri dan dengki? Saling menjatuhkan satu sama lain sesama manusia? Saling
bunuh membunuh? Memang setiap orang berbeda pandangan satu dengan yang lainnya,
tapi jika direnungkan lebih dalam lagi apa manfaatnya kita balas dendan dengan
yang lain? Apa manfaatnya saling menjatuhkan dengan yang lain? Apakah dengan
itu kita puas dan kita merasa lega, bahwa kita telah melepaskan amarah kepada
seseorang yang telah menghancurkan apa yang kita miliki, yang kita bangun dari
awal dan sudah mencapai titik sukses lalu tiba tiba dia merobohkannya? Hingga
membiarkan emosi kita larut hanya karena memperbesar masalah sebiji jeruk dan
membuat keributan? Apakah dengan itu yang dinamakan kesenangan? Kepuasan?
Sesorang
mendekat kepadamu dan berkata inilah aku yang kau idam idamkan yang kau puji
puji tidak sehebat yang kau pikirkan dan kau katakaan. Tapi terimakasih telah
berbaik sangka kepadaku. Tak kusangka aku telah menjadi sampah dan aku akan
membuka kedokku yang sebenarnya siapa aku. Akulah yang sebenarnya penyebab
masalahmu, kambing hitammu, dan akulah musuh dibalik selimutmu. Aku tahu ini
memang sangat susah membicarakannya denganmu, apalagi kau adalah satu-satunya
temanku. Akupun tidak mempunyai maksud jahat seperti itu, tetapi tiba tiba saja
ada setan yang menggodaku dan berbisik padaku, tak apalah ini hanya sementara,
tak apalah ini hanya sedikit dosa yang kau lakukan, tak apalah dia tidak
mengetahui, dan tak apalah besok juga masih ada lebaran, toh kamu bisa minta
maaf di Hari Raya.
Manis sekali
mulut setan itu hingga aku tak menggunakan hati dan akalku untuk bekerja
menjadi satu. Hingga suatu hari dalam kurun waktu yang lama aku mendapatkan
hikmah, inilah aku yang berlumuran dosa yang sesungguhnya tak pantas lagi kau
jadikan aku sahabat. Aku ini hanyalah sampah yang mengaku menjadi berlian.
Kuungkap semua ini padamu agar aku nantinya bisa hidup tenang, damai, dan
bahagia tanpa ada rasa yang mengganjal bahwa dulu aku pernah melakukan hal
keji. Aku tahu bahkan mungkin kau sulit menerima kenyataan dan bahkan mungkin
kau kecewa dan tak mempercayaiku lagi sebagai seorang sahabat. Lalu apa yang
harus kulakukan agar kita bisa berdamai dan memulai kembali hubungan yang telah
kuretakkan ini? Aku tak mau semua amalan yang telah kukumpulkan ini nantinya
kau ambil semua hingga aku tak mempunyai apa apa untuk dibawa pulang ke
akhirat.
Memang aku
marah padamu, memang aku sedih dan kecewa padamu, tapi apa yang harus kulakukan
pada sahabatku ini yang sudah mau jujur dan sudah sadar akan kesalahan yang
diperbuatnya. Aku akan mengingat kebaikan yang pernah kau lakukan padaku dan
aku akan menghapus ingatan burukku tentangmu. Hingga kau bisa bertobat dan
memohon ampun pada Tuhanmu sebanyak banyaknya. Aku tak menyimpan dendam padamu
hingga memintanya di akhirat kelak agar semua amalan kebaikanmu dilimpahkan
kepadaku. Tidak, aku tidak mau seperti itu, aku lebih baik memaafkan walaupun
seberat apapun yang kau perbuat karena itu jauh lebih baik dan aku akan
mendapat kasih sayang dan ampunan dariNya yang lebih besar. Terima kasih
sahabatku engkau telah membuka rahasiamu padaku. Hapuslah sedih dan kecewamu
serta penyesalanmu itu. Bangun paradigma yang baru bahwa kamu tidak boleh
seperti ini lagi kamu harus menjadi orang yang lebih baik dari kamu yang
sebelumnya. Jangan pernah menyerah. Hiduplah dengan caramu sendiri dengan
kebahagiaan yang kau ciptakan sendiri dengan cara yang baik pula. Jangan kau
abaikan lingkunganmu. Jangan kau acuhkan orang lain yang sedang membutuhkan
kita. Jangan kau remehkan sesuatu yang sangat kecil sekalipun. Jangan kau
bertingkah seolah olah kau tidak melihat mereka. Belajarlah dari masa lalu dan
wujudkan impianmu agar kelak kau bisa berguna bagi orang lain. Itu saja pesan
dariku. Aku cukup menganggap kebenaranmu tadi sebagai pelajaran untukku dan
bisa mendewasakan kita saat menghadapi masalah yang jauh lebih berat.
Demikian sedikit dari
tulisan saya. Semoga bermanfaat. Sampai bertemu pada postingan yang lainnya ya!
Terima kasih sudah membaca. :)