JURNAL #111_ HUJAN DAN KEBAIKAN-KEBAIKAN YANG DIHASILKAN

Barangkali kamu tidak akan pernah tahu ya? Mengapa orang orang saking senang, atau lebih tepatnya bahagia ketika hujan.


 Ya karena itu kan Rahmat Tuhan?


Ya, itu salah satunya. Tapi, kamu dan bahkan aku tidak akan pernah tahu mengapa dan kenapa setiap orang berhak bahagia maupun benci saat hujan.


Dalam hujan, aku tahu kucing-kucing menahan rasa lapar, semut-semut sedang menikmati makanan bersama keluarganya, anak ayam mencari kehangatan dalam pelukan induknya, dan aku menunggu diriku siap menjadi dewasa untuk mengikhlaskanmu.


Saat hujan reda, aku pun tahu bahwa laron-laron mulai bertebaran keluar dari sarangnya, anak-anak ke luar bermain genangan, dan aku pun melihat dirimu lekat-lekat, perlahan semakin mendekat, dan tak terasa itu hanyalah mimpi yang menyesakkan.


Dalam hujan dan mimpi aku bertemu denganmu, senang rasanya melihat dirimu "terlihat" senang di sana dan sempat mampir dalam mimpiku. Bukan! Bukan kamu yang mampir. Tapi aku yang seharusnya tidak boleh menyebut kehadiranmu lagi.


Sekarang hujan sudah reda.

Tahun baru mulai tiba.

Tapi kenapa hatiku masih menetap pada dirimu saja?

Aku tidak mau hujan itu jatuh ke dalam dua bola mataku lagi.


Baik-baik di sana
Aku di sini juga baik-baik
Jangan berpikir aku tidak baik-baik saja.
Padahal, kabarku sebenarnya memang tidak baik-baik saja.
Kabar tidak baik-baiknya aku tidak mau mengakui ini.
Sehingga aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ini baik-baik saja dan hanya aku yang tahu bahwa aku tidak benar-benar baik-baik saja.


Pusing dengan "baik-baik"? Hhh


Jadi, jangan terlalu banyak baik-baiknya.
Kamu ini terlalu baik. Kamu tidak boleh terlalu baik. Nanti aku bisa salah paham lagi.

Baik boleh.
Perhatian lebih, jangan.
Jangan membuat hatiku lemah lagi jika kamu tidak mau tanggung jawab.



0 komentar