JURNAL #21_SOSOK PENDIAM

Bukannya Saya tidak ingin berbicara. Tetapi saya memang selalu hilang akal, bagaimana caranya untuk mengeluarkan pendapat. Rasa malu ini tetap melanda saya bahkan sampai dewasa ini. Dan jangankan menyatakan pendapat, bahkan dalam kunjungan silaturahmi biasa, maupun diskusi belajar bersama saja dengan kehadiran setengah lusin orang sudah sangat membuat Saya diam membisu.

 “Perlu Saya tekankan bahwa perasaan malu Saya yang mendasar ini, kadang-kadang mendatangkan bahan tertawaan, tidak membawa kerugian apapun. Sebaliknya, Saya dapat melihat bahwa hal itu malah menguntungkan Saya. Dan manfaat terbesarnya adalah bahwa Saya menghemat kata-kata.”

Di dalam buku karangan Mahatma Gandhi yang berjudul “Semua Manusia Bersaudara” pada halaman 12 ini membuat diri Saya, khususnya kalian yang sedang membaca jurnal ini tentunya merasa “ini Aku banget dah. Ternyata orang seperti Mahatma Gandhi saja dulunya sangat pemalu dan pendiam, sama seperti Saya.”

Bahkan jika ada teman-teman yang sering mengajak Saya untuk hang out bareng (main keluar), Saya sangat mudah untuk menolak. Bahkan mungkin Saya sudah dicap sebagai anak rumahan. Apa ya? Menurut saya memang “keluar rumah” untuk main itu penting. Tapi Saya bukannya nggak suka atau nggak mau untuk diajak “keluar sembarangan”. Namun disisi lain, dari dulu Saya memang lebih menikmati Quality Time Saya dengan keluarga. Dibandingkan keluar dengan teman-teman. Jadi memang sangat kudet jalan bahkan spot-spot menarik yang sedang booming. Azka Corbuzier contohnya, anak dari Deddy Corbuzier ini juga lebih menikmati liburan di rumah bersama ayahnya dibanding main ke luar rumah.

Bahkan jika ada diskusi kelas yang mengharuskan dari Kami untuk bertanya, Kami sebenarnya tahu apa yang dia maksud. Tapi enggan untuk mengemukakannya. Bahkan untuk membuka mulut saja terkadang sangat berat. Butuh 30 menit untuk berpikir, apa kami akan bertanya atau tidak ya? Atau kami harus bertanya hanya untuk sekedar mendapat nilai tambah? Lalu tiba-tiba LENYAP ! Jam pelajaran sudah habis. Ahahaa :v

Hal ini juga membuat Saya merasakan bahwa sebenarnya banyak orang-orang yang cenderung sangat asyik, hits, dan seru diajak chat di dunia maya lalu mendadak menjadi “diam dan malu” saat berinteraksi di dunia nyata. Apapun yang dipilih, entah jadi orang pendiam, pemalu, suka ngomong, bawel, etc. Kita tetap menghargai satu sama lain. Mereka dan kita sendiri pasti punya alasan, kenapa masih “diam dan malu” hanya butuh waktu bagi mereka dan kita sendiri untuk menerima, menghadapi, maupun berusaha mengubahnya. Tetap percaya pada diri sendiri saja, meskipun menjadi pemalu dan dikata pendiam, Biarlah. Tapi yang jelas, saya lebih menerima statement dari mbak Fel-Fel ini, “Sendirian bukan berarti buruk. Hanya menghindari drama atau menghindari bobroknya anak zaman sekarang.”

0 komentar