Jurnal #23 _ Menghubungkan Kali(Mantan) dan Yogyakarta

"Kapan-kapan ajak Saya ke rumahmu lah. Oleh-oleh yang khas disana apa to Cik?"

"Ini." Sambil menunjukkan cincin coklat yang cukup keras. Motifnya seperti campuran cat air yang abstrak.

"Itu cincin dari bahan apaan Cik? Kok warnanya aneh?"

"Dari tempurung penyu."

"Lah, apa iya? Emang bisa ya?"

"Iya. Bisa lah. Kadang juga ada dari sisik ikan."

"Bawain lah besok kalau pulang kampung. Biar ada kenangan dari anak Kali(Mantan)."

"Yah. Ini anak baper terus. Kan ya? Bawa-bawa mantan segala."

"Hmm emang iya kan? Kalinya para mantan..."

Diam.. Tak berkutik... Cika malah mainan HP.

"Gimana kuliah disini, enak nggak?"

"Hmm bikin baper sih, lebih tepatnya Jogja berhati mantan juga."

Eh, dia malah membalikan mantan pada Saya. Lalu cerita lagi.

"Saya sangat setuju dengan statementnya Arman Dhani. Saya menemukan terlalu banyak alasan untuk menjadi sebenar-benarnya manusia. Tentang menjejalkan keinginan membaca saya pada titik paling tinggi, juga tentang bagaimana saya menemukan manusia-manusia getir yang begitu optimis menjalani hidup. Makanan yang enak lagi murah.  Dan ada banyak alasan mengapa mereka yang pernah atau tinggal di Jogja susah beralih atau melupakan kota ini. Jogja terlalu banyak memiliki sudut-sudut melankolis yang menjadi kediaman kisah cinta yang gagal. Inilah yang membuat Saya susah melupakan Jogja layaknya mantan, Si Kali(Mantan) tempat kelahiran Saya."

Panjang banget cik. Tapi Saya senang karena kota kita sama-sama berkaitan dengan mantan.. Abahahaha :v


0 komentar