JURNAL #25_SECRET ADMIRER (PENGGEMAR RAHASIA) #2

Aku sendiri tidak tahu. Sesibuk apakah kamu ini. Setiap hari Aku selalu menantikan tulisanmu bermekaran. Namun tak kunjung datang juga. Ah, meskipun kamu jarang mengepost tulisanmu di blog, namun Aku selalu merindukan (tulisan) mu.

Aku bahkan tidak pernah melihatmu di dunia nyata. Foto pun tidak kau pajang, bagaimana Aku bisa tahu bahwa itu dirimu? Namun Aku sangat ingin mengenal dirimu lebih dalam. Caramu menuangkan isi pikiran, bahkan dari gaya bahasamu itu tanpa sadar membuatku selalu ingin membacanya.

Awal pertemuanku dengan blogmu ini hanya iseng saja sebetulnya. Mulanya Aku hanya mencari referensi tugas mata kuliah. Lalu setiap website maupun blog kutelusuri satu demi satu per halaman. Seringnya, Aku langsung lompat ke halaman berikutnya begitu Aku tidak menemukan informasi yang sesuai.

Dari halaman hasil penelusuran yang pertama hingga yang kesembilan, Aku masih mencari-cari referensi yang kurasa cukuplah untuk mengisi kekosongan tugasku ini. Akhirnya Aku membuka halaman terakhir, dimana halaman sepuluh adalah target terakhir setiap referensiku. Dan disanalah Aku menemukan halaman blogmu ini. Setelah Aku selesai membaca ulasanmu itu, seperti yang biasanya kulakukan di website maupun blog lainnya. Aku selalu membuka halaman beranda dari website maupun blog tersebut lalu melihat-lihat isi maupun menu yang terdapat disana apa saja.

Akhirnya Aku tertarik pada salah satu ceritamu itu dan kuikuti blogmu. Selang beberapa waktu Aku memberikan tanda bintang (Bookmarks) di halaman websitemu. Agar suatu saat nanti jika Aku ingin melihat tulisanmu, Aku tidak lupa apa nama alamat (URL) nya.

Setiap jam kosong maupun istirahat, Aku sempatkan membuka halamanmu. Apa yang telah kau tuliskan hari ini kira-kira. Meskipun tak jarang sedikit sekali kamu menuliskannya. Namun, beberapa hari, minggu, bahkan berbulan-bulan kemudian Aku tidak mendapatkan tulisanmu lagi. Hingga Aku mendapatkan postingan terakhirmu dengan tulisan yang sangat berbeda dari biasanya. Menjelaskan bahwa kamu sudah membawa segala perangai tulisanmu di alam baka. Jiwaku ikut runtuh, hatiku panas membara. Belum sempat Aku bertukar pikiran denganmu, namun kamu telah membawanya pergi. Kamu juga telah membawa pergi hatiku yang telah terlampau menetap pada tulisanmu. Sekarang, Aku tidak hanya menantikan tulisanmu seperti dulu lagi. Tetapi juga menantikan sesosok bidadari impianku yang sama sepertimu. Mustahil kupikir. Tapi, mungkin saja.

Sudut pandang : Aku (laki-laki)


0 komentar