JURNAL #77_ KAMU YAKIN, DI DUNIA INI ADA PERPISAHAN?

Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan
Namun adakalanya perpisahan tak melulu tentang berpisah
Kita toh tetap bisa berkeluh kesah
Bukan berarti berhenti melangkah 
Membagikan segala macam kisah
Sudah yaa, aku mau berbenah 
Cukup sekian saja, semoga berfaedah 
Hahahah


Kalau kubilang aku tidak akan bertemu denganmu lagi, itu artinya aku hanya mengarang. Nyatanya aku bisa saja bertemu denganmu secara tidak langsung dan tidak sengaja. Melalui mimpi misalnya, atau berpapasan di jalan. 

Seperti halnya perpisahan ini. Ah, bukan, maksudku perayaan kerja keras kita. Aku tidak sanggup menyebutnya perpisahan lagi. Bagiku, tidak ada kata berpisah dalam dunia ini. Apa mungkin, hanya karena kita yang tidak pernah bertemu dan berkomunikasi sudah dianggap berpisah? Tidak kan? 

Selama kita masih hidup, itu tandanya masih ada beribu kesempatan untuk bertemu lagi denganmu. Kita tidak pernah berpisah, hanya saja sedang memberi jarak untuk tidak bertemu. Itu saja. Aku tak ingin menyebutnya berpisah lagi. 

Kita masih bisa saling mendoakan. Semoga lancar segala perihalmu di dunia dan di akhirat. Sejahtera dan diberkahi sisa umurmu. Dan apapun yang terbaik untukmu. 

Aku sungguh merasa sangat berat hati. Hari ini aku akan mengambil jarak yang cukup lama untuk tidak bertemu denganmu. Bahkan, kalau boleh dibilang. Aku akan jarang bertemu denganmu. Namun, apa daya aku tidak bisa memaksakan waktu yang terus menerus berputar. 

Kita makan bersama-sama. Menghabiskan makanan dengan lahapnya, bersenda gurau, dan larut dalam kebahagiaan. Tapi, aku merasa tanggung jawabku untukmu ini tidaklah seberapa. Aku belum melakukan begitu banyak hal untukmu. Namun waktu masih saja berkata padaku, inilah saatnya kamu harus menyudahinya. 

Kamu, dengan baik hati, dengan segala kerendahan hatimu membuatku sangat terharu. Kenapa kamu begitu baik selama ini? Aku, yang selalu memandang dirimu negatif. Aku, yang selalu mengabaikan perasaanmu, dan aku adalah orang yang seringkali menganggap bahwa segala hal yang kecil dan remeh temeh itu tidaklah penting.

Maaf ya, aku masih belum banyak dewasa dari berbagai pandang. Aku masih egois kalau boleh kubilang, aku masih naif. Nafsuku masih membara. Masih menginginkan segala macam duniawi.

Jasamu padaku sungguh tak terbalaskan. Segala macam ilmu yang kau tampung dalam lautan samuderamu  tidak akan pernah cukup kutuangkan dalam kalimat-kalimat ini.

Maaf, aku hanya bisa terus menerus merepotkan dirimu. Teruslah menjadi sahabat sejatiku. Perpustakaan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan seluruh tim. Jika kau butuh bantuan, aku tak segan-segan menolong, bukan karena paksaan kawan-kawan untuk menjadi relawan. Jauh di dasar lubuk hatiku pun, aku akan berada di sampingmu, jika Dia merestuiku. Dibalik raut wajahku yang kusembunyikan ini, aku berpura-pura bahagia. Namun, aku sungguh tak tega. Membiarkan dirimu dan diriku tidak bertemu dalam jangka waktu yang cukup lama. Kamu, melangkah sendiri. Aku pun melangkah pergi. Sungguh, teramat perih, tak bisa membiarkan diri ini menetap jauh lebih lama. 

Nanti ke sini lagi kan? 
Nggak e, langsung pulang 
Ah, padahal aku ingin main barang satu dua jam lagi
#dialogmini 

#pergolakan
#merasa tidak sebanding dengan yang diberikan
#dan tidak pantas
#kok jadi mirip prosa? 
#bukan, kok malah jadi kaya orang patah hati? Wkwk 
#ah apalah aku ini
#hanya segumpal tanah yang dibentuk

0 komentar