JURNAL #107_ POM BENSIN (I)

Sore tadi, sekitar pukul 15.30 WIB seperti biasa, saya pulang dari tempat magang/PPL. 

Nah, karena bensin motor saya sudah menunjukkan tanda-tanda mau habis, jadilah saya membeli bensin di pom terdekat. 

Kan antriannya masih mengular panjang. Nah lama kelamaan, motor di depan saya itu perlahan-lahan mulai maju dan otomatis saya juga ikut maju (posisi saya masih menaiki sepeda motor).

Nah, pada saat saya berada di barisan ke tiga, ada sebuah selokan kecil yang di atasnya terdapat beberapa  kawat besi yang menutupi dengan lubang yang cukup besar. 

Saya sudah mewanti-wanti diri saya. Kayaknya udah pas deh. Lalu sampailah kaki saya kepada saat-saat yang berbahagia, yaitu kaki kiri saya beserta sepatu yang saya kenakan masuk ke lubang selokan itu (sampai lutut) dan motor saya ambruk seambruk ambruknya. Anggota badan saya yang lain seperti tangan dan kepala yang terbungkus dengan helm Alhamdulillah masih selamat dan berakhir di aspalan dekat selokan itu.

Dan parahnya, dalam hitungan ke lima detik tak ada seorangpun yang berkutik. Baru, setelah saya nengok kanan kiri ada orang yang menghampiri saya.

Dan baru saya ketahui, bahwa orang yang menolong saya itu adalah orang di depan saya dan juga orang yang berada di barisan ke dua belakang saya. Bukan belakang saya persis. Dan Alhamdulillah, depan saya masih nolongin. Saya bilang terima kasih kepada mereka-mereka.

Setelah itu, yang nolongin tadi bilang ke saya. Mbak jangan lupa kakinya diurut. Rumahnya mana? Dsb 

Saya menjawab dengan sekenanya saja. Lantas, orang yang di depan saya tadi lalu gatel ingin bertanya. Mbak, kenapa e? Pusing po? Saya membisu tanpa kata lalu geleng-geleng sambil bengong nggak karuan lalu ditanya lagi. Mbak, ngantuk po? Saya diem lagi. Otak saya mendadak beku.

Lalu, orang yang berada di barisan ke dua belakang saya tadi bilang ke pengendara yang di depannya, harusnya tadi itu kamu nolongin dia. Dan, dia cuma diem aja. Kayak bingung mau jawab apa. Saya sih positif thinking saja ya. Mungkin, dia jua panik mau gimana. Soalnya yang lain pada diem. Atau dia malah iseng-iseng menaruh rasa prihatin sekaligus penuh tanya, ini orang kok aneh banget sih. Bisa-bisanya gitu lo, jatuh di pom bensin? Pas posisi berhenti lagi? Matanya itu taruh mana? 

Lalu, orang yang di baris kedua belakang saya tadi bilang ke pengemudi sepeda motor di belakangnya seperti ini, Itu lo tadi itu mbaknya jatuh di selokan sampai dengkulnya masuk. Terus tak suruh urut nanti kakinya. 

Begitu seterusnya. Sampai ke belakang, ke belakang, dan ke belakang.


Jadi, ini cerita yang kalian baca dan apakah bikin nyese(k) atau nyese(l)? 

H
H
H

Tabik! 

Dan sampai rumah, ...
To be continued...

0 komentar