Saya
dan keluarga saya mendapatkan undangan yang diharuskan membawa makanan berupa
nasi kering tempe dan telur. Makanan tersebut dibungkus menggunakan box nasi berukuran 18x18cm. Meskipun tidak
ada ketentuan khusus, box ukuran
berapa yang akan digunakan untuk membungkusnya. Tidak hanya itu, kami boleh
menambah dengan lauk pauk yang lainnya seperti sayuran maupun kerupuk.
Kami
berangkat sekeluarga dengan berjalan kaki, karena letaknya pun tidaklah jauh. Seiring
perjalanan, saya merasa baper. Saya bergumam,
“Apakah kita masih bisa merasakan
kebersamaan ini hingga akhir nanti? Apakah di sana nantinya kita masih akan di
tempatkan di tempat yang sama? Layaknya buku yang sudah dikategorikan
berdasarkan nomor klasifikasinya. Meskipun
mereka sering berpindah pindah dari tangan satu ke tangan yang lainnya, tetapi
akhirnya mereka akan tetap kembali bersama keluarga mereka. T_T
Sesampainya
di lokasi, ternyata sudah banyak orang yang ada di halaman depan, yakni sebagai
penyambut tamu. Ternyata box nasi
tadi dikumpulkan kepada orang-orang tersebut dan nantinya akan dibagikan lagi
secara acak. Sehingga kemungkinan besar si pemilik tidak menerima hasil
masakannya sendiri. Akhirnya kami langsung masuk mengikuti gerombolan yang
lainnya. Ternyata begitu masuk, jauh lebih banyak orang yang sudah duduk di luar
makam. Secepatnya, kami pun mencari tempat duduk. Tempat duduk yang telah
ditentukan pun dipisah berdasarkan jenis kelaminnya. Tentu saja saya duduk
bersama ibu dan nenek saya.
Tepat
pukul 16.00 WIB acara dimulai. Bagian pertama yaitu sambutan, yang kedua acara
inti, yang ketiga lain-lain, dan yang terakhir penutup. Setelah melalui ceramah
panjang dari Bapak pemateri pertama dan kedua, dilanjut dengan acara inti., yaitu
tahlilan. Umumnya desa saya ini tidak menganut paham NU maupun Muhammadiyah. Namun,
kami tidak membedakan antara keduanya, asalkan itu baik, kita ambil yang baik. Begitu
pesan kedua pemateri tersebut. Bapak Ustadz lah yang membimbing do’anya. Alunan
suaranya begitu merdu. Diselingi dzikir sebagai pengingat. Tak jarang ada
beberapa warga yang menjatuhkan butiran putih di pipi mereka.
Angin
telah berlalu, acara lain-lain pun berseteru. Orang-orang meranting nasi box yang
tadi telah dikumpulkan. Teh hangat pun tak lupa menjadi pasangan sejatinya. Dari
pihak panitia pun ternyata telah menyajikan nasi gurih yang berlauk suiran daging ayam. Nasi gurih tersebut
juga dibagikan satu per satu. Ada juga apem ketan, kolak, dan agar-agar yang
menjadi saksi dan pembungkam jamuan ini.
Terakhir,
acara penutup. Taukah kalian apa sebenarnya acara ini? Inilah acara nyadran. Acara
yang baru pertama kali dilaksanakan di desa kami tepat pada hari Minggu, 14 Mei
2017.
Sleman, 15 Mei 2017
Di tengah hari H sebelum SBMPTN
(Jurnal #4_HR)