JURNAL #4_ Kali pertama

Awalnya begitu asing bagi saya. Sering kali saya bertanya tanya dalam hati, “Iya, memang sebenarnya apa saja sih yang dilakukan orang-orang tersebut ? Kenapa seolah olah saya belum pernah terlibat ?”

            Saya dan keluarga saya mendapatkan undangan yang diharuskan membawa makanan berupa nasi kering tempe dan telur. Makanan tersebut dibungkus menggunakan box nasi berukuran 18x18cm. Meskipun tidak ada ketentuan khusus, box ukuran berapa yang akan digunakan untuk membungkusnya. Tidak hanya itu, kami boleh menambah dengan lauk pauk yang lainnya seperti sayuran maupun kerupuk.  
            Kami berangkat sekeluarga dengan berjalan kaki, karena letaknya pun tidaklah jauh. Seiring perjalanan, saya merasa baper. Saya bergumam, “Apakah kita masih bisa merasakan kebersamaan ini hingga akhir nanti? Apakah di sana nantinya kita masih akan di tempatkan di tempat yang sama? Layaknya buku yang sudah dikategorikan berdasarkan nomor klasifikasinya. Meskipun mereka sering berpindah pindah dari tangan satu ke tangan yang lainnya, tetapi akhirnya mereka akan tetap kembali bersama keluarga mereka. T_T
            Sesampainya di lokasi, ternyata sudah banyak orang yang ada di halaman depan, yakni sebagai penyambut tamu. Ternyata box nasi tadi dikumpulkan kepada orang-orang tersebut dan nantinya akan dibagikan lagi secara acak. Sehingga kemungkinan besar si pemilik tidak menerima hasil masakannya sendiri. Akhirnya kami langsung masuk mengikuti gerombolan yang lainnya. Ternyata begitu masuk, jauh lebih banyak orang yang sudah duduk di luar makam. Secepatnya, kami pun mencari tempat duduk. Tempat duduk yang telah ditentukan pun dipisah berdasarkan jenis kelaminnya. Tentu saja saya duduk bersama ibu dan nenek saya.
            Tepat pukul 16.00 WIB acara dimulai. Bagian pertama yaitu sambutan, yang kedua acara inti, yang ketiga lain-lain, dan yang terakhir penutup. Setelah melalui ceramah panjang dari Bapak pemateri pertama dan kedua, dilanjut dengan acara inti., yaitu tahlilan. Umumnya desa saya ini tidak menganut paham NU maupun Muhammadiyah. Namun, kami tidak membedakan antara keduanya, asalkan itu baik, kita ambil yang baik. Begitu pesan kedua pemateri tersebut. Bapak Ustadz lah yang membimbing do’anya. Alunan suaranya begitu merdu. Diselingi dzikir sebagai pengingat. Tak jarang ada beberapa warga yang menjatuhkan butiran putih di pipi mereka.
            Angin telah berlalu, acara lain-lain pun berseteru. Orang-orang meranting nasi box yang tadi telah dikumpulkan. Teh hangat pun tak lupa menjadi pasangan sejatinya. Dari pihak panitia pun ternyata telah menyajikan nasi gurih yang berlauk suiran daging ayam. Nasi gurih tersebut juga dibagikan satu per satu. Ada juga apem ketan, kolak, dan agar-agar yang menjadi saksi dan pembungkam jamuan ini.
            Terakhir, acara penutup. Taukah kalian apa sebenarnya acara ini? Inilah acara nyadran. Acara yang baru pertama kali dilaksanakan di desa kami tepat pada hari Minggu, 14 Mei 2017.

Sleman, 15 Mei 2017
Di tengah hari H sebelum SBMPTN
(Jurnal #4_HR) 

0 komentar