Bapak cenderung ke NUan, Ibu ke
Muhammadiyyahan. Lingkungan Saya diantara Muhammadiyyah dan Salafi. Dan Saya
sendiri dikepung diantara beberapa aliran.. Klop sudah.. Nah Saya sendiri
gimana? Ntar, dulu. Simak yang di bawah dulu... Ehee..
Ada cerita tentang teman-teman Saya
yang "berhijrah". Banyak dari mereka yang pindah ke aliran salafi.
Tapi kedua orang tuanya Muhammadiyyah. Lingkungannya pun Muhammadiyyah.
Problemnya? Tentu orang tuanya ada yang menentang.. Ada juga yang perlu
beberapa waktu agar kedua orang tuanya menerima. Namun ada juga yang sama
sekali tidak diperbolehkan. Tentunya semua berimbas kepada kehidupan
sehari-harinya. Baik itu lingkungan keluarga, kerja, maupun sosial.
Semua manusia bersaudara.
Arepo kui ustadz, dalay lama, kyai,
pastur, dll..
Arepo kui nu, muhammadiyah, salafi,
dll...
Viral perempuan berniqab pelihara
anjing, ada yg pro & kontra... Banyak juga orang Islam di luar negeri yang
pelihara anjing.. Namun di Indonesia yang notabene
"multikulturalisme" persoalan agama diperpanjang. Toh ada madzhab yg memperbolehkan
masalah "anjing" ..
Berbekal pernah "iseng"
ikut kajian di nu, muhammadiyah, ro salafi. Intine, niat e cuma 1. Merujuk pada
kebenaran. Monggo sih, mau ikut yang mana. Toh acuan (madzhab) yg dipegang
berbeda dan selama itu masih berpedoman Qur'aan. Jadi, menuntut ilmu (agama)
itu hak semua "manusia" kan?
Nah terus Saya sendiri ngikut yang mana? Entah lah. Saya merasa terombang-ambingkan. Di lingkungan rumah ada NU, Muhammadiyyah, dan Salafi. Di lingkungan kampus pun juga "dihantui" aliran yang sama. Saya netral saja. Selama bumi masih bisa dipijak dan selama itu baik menurut pegangannya, lakonilah... (draft_april '18)
Cc : Kolab. Mahatma Gandhi, dalay lama, Cak nun(MH)
* : Dalay lama sek beberapa tahun lalu tak temukan
di blog, Aku seneng banget. Mbuh rareti jeneng e sopo.
#menghargai perbedaan itu mudah dilisankan
#tapi praktiknya, menghargai keyakinan itu ..... (jawab sendiri)
JURNAL #48_SEMUA (MANUSIA) BERSAUDARA
Rabu, 21 Maret 2018 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Prodi Ilmu Perpustakaan mengadakan Kuliah Umum bertemakan Pengembangan
Library Information System dan Dampak Digital Disruption Terhadap
Kepustakawanan oleh Putu Laxman Sanjaya Pendit, Ph. D.
Rangkaian acaranya antara lain pembukaan, pembacaan ayat suci Al
Qur’an, sambutan, materi inti, sesi tanya jawab, pemberian kenangan, dan yang
terakhir penutup. Acara ini dimoderatori oleh Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Saya
sendiri yaitu M. Solihin Arianto, M.LIS.
Materi yang disampaikan berisi Pustaka, Informasi, Distruptive
Technology and Distruptive Innovation. Disela-sela penyampaian materi
tersebut juga ditayangkan video perubahan perpustakaan universitas RMIT
Melbourne, Australia dimana Pak Putu Laxman Sanjaya Pendit tersebut mengajar.
Pustaka sendiri lahir sebelum adanya komputer dan berwujud buku. Dengan kata lain, pustaka berarti buku. Sedangkan informasi merupakan hasil yang didapat dari beragam media termasuk buku. Jadi informasi dan pustaka merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Ibarat kata seperti pavilion dan rumahnya. Tidak mungkin pavilion berdiri sendiri. Justru pavilion berada dalam rumah tersebut. Begitupula informasi juga bisa didapat dari buku maupun media apapun. Distruptive Technology membahas tentang teknologi yang kini terus menerus dikembangkan. Sedangkan ide dari perkembangan tersebut dibahasakan menjadi Distruptive Innovation. Nantinya akan digabungkan untuk menjadi sebuah produk digital agar memudahkan orang-orang mengakses informasi.
Jadi, teknologi digital sebenarnya sudah ada sejak dulu. Serta
bukanlah hal yang baru. Sebut saja perkembangan CD menjadi flashdisk, dan
seterusnya. Hanya saja semua teknologi tersebut membutuhkan ide yang kreatif
dan inovatif. Jadi, peran terpenting dalam dunia milenial sekarang ini yaitu
inovasi atau ide-ide baru yang berguna untuk mendapatkan kebebasan atau
keleluasaan akses yang didapat dari berbagai experiences lalu
dikembangkan dalam bentuk Distruptive Technology and Innovation dalam
dunia kepustakawanan agar segala informasi dapat tersampaikan dengan tepat,
efektif, dan efisien.
Yogyakarta,
21 Maret 2018
JURNAL #47_DIGITAL IS NEW ! ARE YOU SURE ?
Yang namanya jodoh mah gak kenal waktu dan tempat, ya nggak?
Beberapa waktu lalu emang kangen banget bikin postingan blog. Tapi pasti ada
aja alasan buat nggak ngeblog. Untungnya kali ini kok ada tugas bikin postingan
di blog. Nah, pas banget kan? Kayak jodoh? Baru kangen dan pingin ngeblog aja
udah langsung didenger dan kejadian. Hmm, semoga aja kalau kangen dan pingin
ketemu sama orang langsung didenger dan kejadian juga. Ewqwq…
Well, 27 Februari
kemarin kami (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan) ditugaskan untuk meliput kebudayaan
maupun kesenian di Yogyakarta. Simple aja sih, kita tinggal siapin
Android buat ngrekam foto, video, maupun suara yang ada disana buat jadi
dokumentasi. Selain itu, alat tulis seperti kertas dan pena yang dibutuhkan
oleh para pemburu berita pada umumnya.
Keesokan harinya, saya mengajak teman-teman Saya (yang notabene
kebanyakan cewek) untuk pergi melihat pameran lukisan di Bentara Budaya
Yogyakarta. Awalnya kami masih termangu-mangu dan ragu, “Masuknya bayar gak ya?
Asyik gak ya disana? Buat umum gak sih, Jangan-jangan enggak? Tempatnya aja
nggak tahu kan? Dan berbagai sambatan lain…” <Tapi meskipun dengan kakean
sambat seperti itu, kami akhirnya berangkat juga, ewqwq.>
Ini kali kedua Saya pergi ke pameran lukisan. Terakhir sudah sejak
zaman SD dulu bersama Ayahanda tercinta. Menilik lukisan seniman besar yang
mendunia yaitu Affandi. Eh, la ndilalahnya kok sekarang kuliahnya juga
dekat Museum Affandi.. <flashback, ewqwq>
Pameran lukisan yang sedang diselenggarakan ini berjudul “Menjemput
Kebahagiaan” dan sudah berlangsung dari 20 Februari s.d. 28 Februari 2018 pada
pukul 09.00 s.d. 21.00 WIB. Pada hari terahir itulah kami mendatangi lokasinya.
Ternyata dekat dengan Gramedia Yogyakarta, Perpustakaan Kota Yogyakarta, Kantor
KOMPAS Gramedia Yogyakarta, dan bahkan Saya sering melewatinya setiap hari.
Namun tak pernah ngeh bahwa itu tempatnya. Ewqwq…
Sesampainya di lokasi, segala tetek bengek tadi terpecahkan. Di
Bentara Budaya Yogyakarta ini terbuka untuk umum. Parkir nggak bayar, masuk
nggak bayar, foto pun nggak bayar, semua akses benar-benar dimudahkan untuk pengunjungnya.
Hmm… jadi keinget, perpustakaan. Tujuan perpustakaan juga memudahkan dan
memuaskan penggunanya kan? Ewqwq.
Kali pertama kesana, rasanya krik-krik banget. Gimana nggak?
Pas melongok ke dalam ruangan, ternyata banyak banget cowok berambut gondrong,
brindil, berwajah jenggotan, tapi tetep dengan gaya yang kasual (santai dan
sederhana). Kalau boleh Saya tebak, mungkin mereka keturunan darah seniman. Atau
khasnya para pecinta seni gitu lah. Tapi bodoh amat. Kita yang dari
kejauhan udah pakai kerudung kaya gini tetep aja nekad masuk. Tanggung banget,
udah sampe juga. Toh ternyata mereka juga nggak gimana-gimana sama kita. Tetep welcome.
Dan nggak nganggep teroris. Ewqwq.
Begitu masuk, ada sebuah tempat duduk memanjang yang diperuntukan bagi
para pengunjung untuk menikmati maha karya dari sang pelukis tersebut.
And this is orang-orangnya,
rame banget euy, belum yang di sisi lainnya!!!
Eits, sebelum kita
menikmati karya tersebut. Tentunya kita harus ngisi buku tamu dong. Tenang aja,
cuma suruh ngisi nama, nomer WA, dan alamat aja. Buat apaan? <Buat di WA
sama adminnya lalu dilamar / -_-> Ya biar tahu jumlah pengunjungnya lah.
Ewqwq… Terakhir saya lihat, ternyata banyak juga peminatnya. Di buku tamu
tersebut, angka jumlah pengunjungnya hampir memasuki ribuan. Nah, ini dia,
pengisian buku tamunya berada di sisi kiri, persis di samping pintu masuk.
Di sebelah kanan pintu masuk, kita akan menemukan selembar tulisan
besar yang berisi garis besar pameran lukisan tersebut.
Dituturkan oleh Penulis yaitu I Gede Arya Sucitra bahwa karya-karya
yang dipamerkan tersebut merupakan buah hasil dari seniman Bali, yaitu I Wayan
Noviantara, I Putu Adi Suanjaya, I Wayan Sudarsana, dan I Wayan Bayu Mandira. Lalu
mereka berempat menggabungkan diri dalam sebuah kelompok yang bernama SAKAPAT.
Mereka menyampaikan berbagai problematika kehidupan sehari-hari,
hubungan sosial, maupun hubungan manusia dengan alam dan Tuhannya melalui karya
seni yang telah dibuat untuk memaknai hakikat “kebahagiaan” secara lahir dan
batin.
Disana terdapat delapan buah lukisan yang diletakkan secara random.
Di samping lukisan tersebut biasanya ada kertas kecil yang memang sengaja
ditempel di tembok. Tulisan itu berisi keterangan dari lukisan tersebut,
seperti nama pelukis, judul lukisan, tahun pembuatan, bahan yang digunakan, dan
ukuran kanvas. Contohnya seperti berikut ini.
Lukisan Pertama “Hero in Future”
Keterangan Lukisan Pertama “Hero in Future”
Lukisan Kedua “Berguru”
Keterangan Lukisan Kedua “Berguru”
Lukisan Ketiga “Keluarga Cili”
Keterangan Lukisan Ketiga “Keluarga Cili”
Lukisan Keempat “Sesudah Panen”
Keterangan Lukisan Keempat “Sesudah Panen”
Lukisan Kelima “Lepas”
Keterangan Lukisan Kelima “Lepas”
Lukisan Keenam “Parasitisme”
Keterangan Lukisan Keenam “Parasitisme”
Lukisan Ketujuh “Tabuhrah #1 dan #2”
Keterangan Lukisan Ketujuh “Tabuhrah #1 dan #2”
Ternyata. Disana tidak hanya lukisan yang terpajang. Namun ada
sebuah ruangan yang di dalamnya menyimpan lampu kelap-kelip semacam lampu
diskotik seperti berikut ini.
Tampilan Video “The Power of Energy #1
Keterangan Tampilan Video “The Power of Energy #1
Ada pula sebuah televisi LCD yang menayangkan tampilan video
singkat pattern.
Tampilan Video “The Power of Energy #2”
Keterangan Tampilan Video “The Power of Energy #2”
And, last but not least. Sesi dokumentasi berkedok narsisme.. This is, we are… Can you find me? Ewqwq…
Dan salah seorang yang tiba-tiba menjadi penyusup dan cowok
sendiri. Ewqwq…
Terima kasih sudah mau meluangkan untuk membaca. Sampai
bertemu pada postingan selanjutnya yaak…
#IDKS2018
#Library
#Librarian
#Perpustakaan
#BarisanTugasZamanNow
#IDKS2018
#Library
#Librarian
#Perpustakaan
#BarisanTugasZamanNow
JURNAL #46_ MENJEMPUT KEBAHAGIAAN ANTARA KITA
Hening, Aku tak mampu mendengar suaramu itu
Bergetar hatiku saat jarimu berkata “Aku Menaruh Cinta Padamu”
“Maukah Kau hidup bersamaku?”
Kelu lidahku untuk menjawab pertanyaanmu
Aku bertanya, “Kenapa Kau memilihku?”
“Kau tahu kan, banyak orang terpaku hanya pada parasku?”
Begitu mereka tahu Aku bisu
Buru-buru mereka berlalu
Jangan memilihku jika cintamu sebatas kedipan di awal
Jangan buru-buru, Aku tak ingin kau menyesal
Begitu pula orangtuamu, bicarakan baik-baik
Karena Aku ini banyak kekurangan
Saat itu Kau bilang padaku
“Bukankah hakikat cinta sejati itu tidak memiliki alasan mencintai?”
“Orang tuaku bilang, jangan hanya memberi harapan”
“Kini, Aku akan menjaga serta mencintaimu hingga di akhir kedipan”
Bergetar hatiku saat jarimu berkata “Aku Menaruh Cinta Padamu”
“Maukah Kau hidup bersamaku?”
Kelu lidahku untuk menjawab pertanyaanmu
Aku bertanya, “Kenapa Kau memilihku?”
“Kau tahu kan, banyak orang terpaku hanya pada parasku?”
Begitu mereka tahu Aku bisu
Buru-buru mereka berlalu
Jangan memilihku jika cintamu sebatas kedipan di awal
Jangan buru-buru, Aku tak ingin kau menyesal
Begitu pula orangtuamu, bicarakan baik-baik
Karena Aku ini banyak kekurangan
Saat itu Kau bilang padaku
“Bukankah hakikat cinta sejati itu tidak memiliki alasan mencintai?”
“Orang tuaku bilang, jangan hanya memberi harapan”
“Kini, Aku akan menjaga serta mencintaimu hingga di akhir kedipan”
MEMBALUT KESUNYIAN ABADI
Tembok bergetar
Suara dentuman menggelegar
Mata berbinar-binar
Semua mulai berlarian keluar
Senyap, kurasa perang mulai mereda
Aku kembali menulis dan membaca
Sahabatku, Apa kabarmu di sana?
Aku masih belajar merangkai kata
Di sini Kami masih belajar
Berdoa dan terus berikhtiar
Meskipun berada di tempat rawan
Tapi Kami berusaha menggapai masa depan
Sahabat, Jangan lelah meraih impianmu
Jangan lupa selalu bersyukur dan terus menuntut ilmu
Aku di sini bertaruh dengan nyawa, pasrah akan semuanya
Jika Kau selesai membaca surat ini, maka Aku telah berpulang di sisiNya
Ya, Aku telah membaca tulisan terakhirmu itu
Kini, Aku pun juga bertaruh dengan masa depanku
Meski waktu telah berlalu, Kau tetap jadi inspirasiku
Semoga Kau bahagia selalu, Sahabatku
Suara dentuman menggelegar
Mata berbinar-binar
Semua mulai berlarian keluar
Senyap, kurasa perang mulai mereda
Aku kembali menulis dan membaca
Sahabatku, Apa kabarmu di sana?
Aku masih belajar merangkai kata
Di sini Kami masih belajar
Berdoa dan terus berikhtiar
Meskipun berada di tempat rawan
Tapi Kami berusaha menggapai masa depan
Sahabat, Jangan lelah meraih impianmu
Jangan lupa selalu bersyukur dan terus menuntut ilmu
Aku di sini bertaruh dengan nyawa, pasrah akan semuanya
Jika Kau selesai membaca surat ini, maka Aku telah berpulang di sisiNya
Ya, Aku telah membaca tulisan terakhirmu itu
Kini, Aku pun juga bertaruh dengan masa depanku
Meski waktu telah berlalu, Kau tetap jadi inspirasiku
Semoga Kau bahagia selalu, Sahabatku
MENEMBUS ASA PALESTINA
Aslinya. Mau nulis pesan di WA, tapi baru diketik beberapa kata tahu-tahu nutup sendiri. Jadi kalau mau ngetik mesti copy paste di aplikasi pengolah kata dulu. Setelah itu baru kirim. Sekarang ditambah banyak nomor yang nyasar. Huaah. Padahal comment pun tak pernah. Pertanyaan yang diajukan pun sama. Seneng tapi, kayak artis. Ahahahaa…
Tapi, hati-hati. Modus orang asing , terutama laki-laki itu awal mulanya yang dilihat adalah rupa wajahnya. Hmm.. tapi nggak tahu juga, banyak yang nggak juga kok. Kalau mau jeli. Ewqwq. Heran, masih banyak yaa yang model-model begini.
Kalau dulu, sekarang mungkin juga masih. FB menjadi salah satu sasaran empuk para predator. Mungkin juga tidak hanya FB, beberapa social media yang lain pun bisa menjadi objek pilihan. <Kau kira objek wisata, dipilih segala? / Y> Intinya, motif yang paling sering digunakan adalah inbox. Minta kenalan. Diajak keluar. Tahu-tahu hilang. <Dedemit? / Entah?> Semoga jangan sampai lagi. Pintar-pintar jaga diri aja kuncinya.
Marak sekali yang menjadi korban penipuan di social media. Entah apapun itu motifnya. Jangan pernah meladeni orang asing yang minta kenalan. Udah itu aja. Ntar kalau ditanggepin makin seneng sama kita. Eh. Ewqwq.
Nih, Saya kasih tesis ilmiah penelitian yang nendang.
Jika Kau suka seseorang :
Karena ia cantik/tampan, maka itu nafsu
Karena ia kaya/berkedudukan, maka itu matre
Karena ia pintar/hebat, maka itu kagum
Karena ia baik/perhatian, maka itu balas budi
Tapi, jika Kau suka seseorang karena tak tahu kenapa suka sama dia, maka itulah sesungguhnya hakikat cinta yang dititipkan Allah Sang pemilik hati insan manusia. Hmm… kalau kata Pak Awan BANGUN CINTA ! BUKAN JATUH CINTA !
Janganlah Kau sibuk mencari yang terbaik untuk dicintai atau mencari-cari yang terbaik untuk mencintai. Tapi, lebih kepada bagaimana memantaskan diri, menerima kekurangannya, serta mensyukuri apa yang ada dalam merumuskan konsep pasangan hidup.
IN(SEPI)RASI dari nomor nyasar, predator, para modusable, dan Pak Awan.
IN(SEPI)RASI dari nomor nyasar, predator, para modusable, dan Pak Awan.