Archive for Mei 2018

Jadi gini. Hal hal yang paling ditunggu-tunggu saat bulan Ramadhan itu hakikatnya apa sih? Membersihkan diri, berburu pahala, atau malah berburu takjilnya? Hmm.. semua pasti punya jawabannya masing-masing..

Terus bulan Ramadhan ini targetmu ngapain aja? Apa mau khatam Al-Qur'an 10x, target ngaji satu hari satu juz (ODOJ=One Day One Juz), sedekah melimpah, ikut kegiatan berbagi takjil dan sahur, atau ngajar TPA dan jadi pembicara di kajian masjid masjid?

Atau kalian bekerja part time, shift shift, bahkan full time di bulan Ramadhan? Semua gak ada yang salah kok.. semua baik, kalau yang diniatkan baik. Bahkan bekerja pun mendapat pahala selain itu juga dapat uang kan? Dan juga THR Bung!!!.. <untuk keluargamu kelak> <hmm, ingat ini puasa jangan baperan>..

Oh iyaa.. pas awal Ramadhan kemarin Saya melakukan safari. Loh, safari? Iyaa.. safar kan artinya perjalanan. Jadi ceritanya jalan-jalan di bulan Ramadhan.. ehee

Hari pertama saya melakukan safari tarawih di masjid sekitar kampus Saya. Pukul 7 malam dilangsungkannya sholat Isya berjamaah sampai pukul 19.10 an. Selepas itu dilanjut ceramah sampai pukul 19.19. Saya ingat betul, ceramahnya benar-benar cepat. Namun saya tak ingat betul apa isinya.. setelah itu langsung dilakukan sholat tarawih berjamaah sebanyak 8 rakaat (2-2-2-2) dan sholat witir 3 rakaat (2-1)

Kata teman Saya, di masjid itu gabungan dari Muhammaddiyah dan NU.. paham saya juga demikian, sebab di setiap 4 rakaat tarawih jamaah sholatnya berkumandang sholawat.. selain itu, ciri dari witir NU yaitu cara pengerjaannya (2-1), kalau Muhammadiyah ada yang sholat tarawihnya (2-2-2-2) ada juga (4-4). Namun witirnya (langsung 3 rakaat) Saya amat kaget sih, waktu itu Imamnya cepet banget dan pas merapalkan surat surat (Alhamdulillah seputar juz 30, jadinya cepet dan ga ada tambahan di surat lain, seingat saya). Alhasil sekitar jam setengah 8 nan sudah selesai. Jumlah jamaahnya, menurut Saya penuh lah.. soalnya seisi masjid keisi semua sampai ada yang di serambi masjid... Dan terakhir, setelah shalat tarawih dan witirnya selesai, semua jamaah seraya berdiri dan berucap sholawat sambil berjabatan tangan antara satu dengan yang lainnya.. NU banget Bung.. but, it's not a problem... Right? Oh iyaaa.. one again.. saya lupa.. infaknya disediakan oleh masjid. Ada dua kotak infak. Satu untuk kubu cewek dan satu lagi untuk kubu cowok. Tapi bedanya, kotak infak tersebut digilir berjalan dari jamaah di barisan paling awal lalu akhir. Finish

Tunggu safari berikutnya yaa..
Ayo semarakan Ramadhan mu...

#menjelang UAS
#warta
#ramadhan
#apa_targetmu

JURNAL #56_ SAFARI RAMADHAN

Seperti biasa. Hari hariku selalu kuhabiskan di rumah. Hanya bisa menunggu dan menunggu kedatangan Bapak. Sedangkan Ibu, kulihat dia sangat lelah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Lah Aku? Hanya bisa menulis dan merapalkan apa yang terjadi hari ini...

Jujur ya.. Aku sebenarnya sangat menantikan hari-hari dimana keluargaku berkumpul lengkap. Tapi Bapak yang selalu keluar bekerja habis Subuh dan pulang pun tak tentu. Kadang pulang, kadang tidak. Aku ini sebenarnya juga tak rela dengan Ibu. Aku pun juga sering pulang malam karena kerja sambilan untuk menopang hidup keluarga. Tak rela meninggalkan Ibu sendiri. Tapi kini Aku harus lebih betah di rumah, karena Ibu sering sakit-sakitan. Terutama kalau Bapak pulang. Pikirku Bapak hanya membuat Ibu sakit saja dan menambah pikiran. Memaksa harus ini itu di rumah. Tidak boleh ini itu. Jika makanannya tidak sesuai selera, semua diamuknya. Termasuk Aku, yang menjadi sasaran empuk untuk pelampiasan.

Pernah suatu hari Aku memergokinya menendang Ibu karena masakan Ibu keasinan. Lalu dengan entengnya dia keluar tengah malam. Waktu itu Aku ingat betul bahwa dia habis kerja. Bahkan Aku sendiri tak tahu dia kerja apa. Tak jelas.. Duh, Ibu. Kenapa masih bertahan. Apa yang membuatmu masih mencintainya?

Sejak saat itu dia tak pernah pulang, terhitung satu tahun sampai sekarang dan Aku pun mulai pindah ke kontrakan bersama Ibu. Aku sendiri tak berkabar dengannya, tak jelas juga keberadaannya. Dan Aku masih tetap menjaga Ibu sampai sekarang.

Pagi ini Ibu sakit keras. Mengigau Bapak terus. Teringat masakan yang dimasaknya dulu asin sekali, yaitu nasi goreng kampung asli bikinan tangan Ibuku. Sebenarnya Aku sendiri ingin memaksakkan nasi goreng untuk Ibu. Tapi menggoreng telur saja, Aku tak bisa. Gosong dan hambar. Apalagi memasak nasi goreng?

Hmm.. Akhirnya kupesan nasi goreng melalui GoFood. Mungkin itu sedikit membantu dan menguntungkan. Atau, mungkin saja Ibu berpikiran bahwa itu masakanku.. Tapi kurasa tidak. Ibu pasti tahu.. Hmm..

Selang lima belas menit kemudian, suara motor mulai terdengar. Ada seseorang yang menggedor - gedor pintu dan berteriak mengantarkan pesanan nasi goreng. Aku pun terburu - buru untuk membukanya. Ah, Ibu pasti senang sekali ini. Dan begitu pintu kubuka, bungkusan nasi goreng yang dibawanya terjatuh dan lidahku mulai kelu.

"Bapak?" Aku ingin memaki diri sendiri. Kenapa harus dia? Sudah cukup puas belum Bapak meninggalkan kami? Tanyaku dalam hati. Tapi dia langsung menerobos masuk ke dalam rumah.

"Dimana Ibumu?"

Dia mencari-cari Ibu ternyata tak ada. Dan Aku lupa bilang bahwa Ibu telah tiada sejak kepergian Bapak dulu. Dia sekarat karena Bapak. Sedangkan Aku sendiri juga lupa, bahwa pesananku tadi ternyata hanyalah ilusi tentang Ibu. Kupikir Aku ini sudah gila. Suka memesan makanan lalu tak dimakan. Hanya dibiarkan begitu saja sampai Ibu memakannya. Begitulah Aku. Orang-orang menganggapku gila, karenamu Pak!

#ini_cerpen_yaa

#dasar_gila

#sad_night

JURNAL #55_ PESANAN TERAKHIR

Tidak ada yang perlu dilebih lebihkan maupun diunggulkan. Karena kau tahu? Semua orang itu hakikatnya sama dan pasti memiliki keunikannya masing-masing.

Jujur, aku sudah beberapa kali merasakan asinnya garam. Tapi yang kurasakan ini tak seberapa. Aku sangat senang ketika berjumpa dengan manusia dari berbagai elemen. Terutama orang-orang ini.

Awal mulanya aku sangat bersyukur diterima di perguruan tinggi ini. Namun mengarah kesini aku berusaha tidak terlalu terikat dengan organisasi. Karena aku paling tidak bisa loyal dengan yang namanya organisasi. Selalu ada saja hambatan. Meski ikut tergabung, tapi tak aktif sama sekali.

Baiklah, kuceritakan bahwa aku memasuki tiga organisasi sekaligus di awal kuliah. Waktu itu masih masa labil labilnya. Padahal sekarang saja juga masih. Pertama, aku mengikuti organisasi ilmu perpustakaan yang mensyaratkan portofolio hasil karya untuk masuk menjadi anggotanya. Tapi belum ada setahun, aku bosan.

Kedua, aku mengikuti dua buah organisasi agama yang satu di tingkat fakultas dan satunya lagi di tingkat universitas. Sama sekali aku belum pernah terlibat langsung dengan kegiatannya. Hanya sebatas grup onlinenya saja.

Terakhir, aku benar-benar sudah tak mau berurusan dengan yang namanya organisasi. Dari dulu aku ikut organisasi, tidak pernah bisa konsisten. Payah sekali bukan? Hmm

Akhirnya, kuputuskan saja untuk menjadi volunteer. Jujur, aku memang sangat senang menjadi volunteer dari dulu. Tapi baru kelakon di semester triwulan. Lalu, aku memutuskan untuk mendaftar di Pusat Layanan Difabel atau disebut juga PLD UIN Sunan Kalijaga. Aku pun tak tahu ini organisasi atau bukan. Pingin ikut ya ikut.

Aku sangat menikmati pelatihan bahasa isyarat ini. Di awal awal kami dilatih untuk belajar mengeja huruf, menyebutkan warna, angka, bulan, benda, nama keluarga, dan masih banyak lagi. Tentunya menggunakan bahasa isyarat ya. Dan pematerinya juga sahabat Tuli sendiri.

Semester ini, aku memulai untuk terlibat langsung menjadi notaker atau juru tulis sahabat Tuli. Dimana tidak perlu syarat khusus. Intinya kita mau mendarma baktikan kemampuan kita mendengar untuk dituangkan menjadi tulisan.

Kegiatan yang paling kusenangi adalah bertemu dengan orang-orang baru. Pertama, dengan aku mendaftar menjadi notaker aku bisa mengenal sahabat Tuli dan menjadi sahabat curhatnya, berbagi keluh, dan suka cita.

Kedua, aku bisa mengenal teman-temannya. Memperluas lingkaranku. Dan mengenal lingkungannya.

Ketiga, aku bisa lebih mensyukuri apa yang aku miliki saat ini. Yang biasanya hanya kusia siakan tapi ternyata sangat penting. Yang mereka keluhkan justru membuatku lebih peka terhadap apa yang ada.

Aku lebih memilih menjadi pendamping sahabat Tuli yang cewek. Jujur aku nggak mau ngambil pendamping yang cowok. Aku nggak semudah itu bercengkrama lepas dengan cowok. Kikuk. Nggak ngenakin, kalau diajak ngomong cuma singkat aja. <Hmm makanya jomblo terus.. / Terserah!>

Awalnya aku excited banget. Apa yang dosen ceritain, yang diterangkan di slide presentasi, sampai kisah pribadinya aku tulis di selembar kertas. Kalau nggak ya aku ketik di keyboard laptop. Bagi mereka itu penting banget Bung!

Aku kadang merasa nggak enak hati. Saat cerita dosennya bener bener lucu, aku pengen ketawa. Tapi nggak enak karena dia nggak ngerti apa yang diketawain. Akhirnya aku telen lagi rasa pingin ketawa itu, lalu kutuangkan dalam bentuk tulisan. Lalu akhirnya dia mengerti. Jadi tiap detik aku mesti ngetik atau nulis. Padahal tulisanku itu juga jelek banget... Ehee

Kadang kalau aku capek nulis, dia juga tahu. Tapi langsung kutepis dengan isyarat aku cuma ngantuk kok, kayaknya kurang tidur deh, tadi tidurnya cuma bentar... ah pokoknya kalau mau berekspresi ketahuan banget. Dan kalau nggak mau ketahuan makanya pinter pinter berekspresi.. nah gimana , bingung kaaan...ehee

Terus belajar bahasa isyarat tadi buat apa? Ya buat komunikasi lah. Tapi kalau di dalam kelas aku lebih suka nulis atau ngetik. Kalau di luar kelas atau pas jam jam istirahat aku suka pakai bahasa isyarat untuk melatih perbendaharaan kataku. Maklum, aku masih belum fasih berbahasa.

Aku jadi ngerasa berdosa banget, aku yang awalnya excited sekarang malah jadi gini. Terbengkalai karena kebanyakan izin gabisa dampingin dia. Ada praktek di perpus lah, ada pameran lah, ada ini, itu lah. Duh, pinginku itu dampingi dia terus. Semoga Tuhan memudahkan jalanku untuk bersamanya... Dan memudahkan jalannya selalu...

Teruntuk para sahabat Tuli

#dari pendampingmu

#yang jauh disana

JURNAL #54_ MENJADI PENDAMPINGNYA

JURNAL #53_ SUDAH SARJANA, MAU NGAPAIN?

JURNAL #53_ BELUM NIKAH?

Entah bagaimana ceritanya, yang pasti waktu pas zaman SMP Saya mulai PDKT dengan yang namanya kacamata. Dulu sih ga begitu suka banget baca buku. Cuman, suka aja baca buku sambil tiduran. Dan ada kabar yang berkelebat bahwasanya baca buku sambil tiduran bisa menyebabkan mata minus. Whatever, Saya tebas kabar tersebut. Saya ga percaya. Entah bener apa nggak, sampai sekarang pun saya masih belum menemukan informasi yang benar-benar valid.

Well, dari dulu sejak SD saya ga pernah duduk depan. Mau gimana pun saya gak mau dan ga pernah mau ada di barisan paling depan. Yang penting bukan barisan para mantan... Kalau ga di tengah ya di baris paling belakang duduknya. Selalu seperti itu.

Namun, sewaktu kelas 3 SMP saya sudah merasakan gejala gejala yang tak wajar. Jiwa saya mulai terguncang. Saya tiba-tiba aja ga bisa melihat tulisan di papan tulis pas duduk di barisan paling belakang. Semuanya kabur, tampak keruh, dan tak jelas. Seperti perasaan ini...

Sontak saja, Saya majukan tempat duduk jadi nomer dua. Lumayan jelas. Tapi tetep ga pakai kacamata. Akhirnya selang beberapa bulan kemudian, ada pemeriksaan mata oleh pihak Pertamina. Ga tau kenapa sebenarnya seneng sih, pakai kacamata biar kaya orang pinter. Tapi percuma kalau buat tampilan luarnya doang.. Eh...

Masuklah saya ke ruang BK. Tempat dimana dilangsungkannya pemeriksaan mata oleh setiap siswa SMP. Dan sontak saja saya kaget. Minus saya sudah mencapai angka 0.5. Belum besar banget sih emang, tapi kan mau ga mau tetep pakai.

Hmm.. Saya cuma pakai itu kacamata kalau pas baca doang. Kalau buat jalan dan naik sepeda mah, ga pernah dipakai. Sampai sampai pas SMK kebiasaan ini juga masih berlangsung. Tapi, alangkah sedihnya saya ketika saya harus ganti kacamata saya dua kali. Hal ini disebabkan karena gagangnya putus akibat pemakaian tak terawat. Yang kedua karena frame lensanya putus juga akibat pemakaian yang lebih tak terawat.

Ah banyak hal yang mau saya luangkan untuk berekspresi.. Eheee.. Diantaranya, waktu SMK saya pernah naik bus dan pas turun itu saya lihat kok kaya ada teman TK saya yang disalami sama mbak mbak penumpang bus sebelah saya tadi... Akhirnya saya pun ikut ikutan membuka jabat tangan dari jarak jauh pun sudah senyum dan begitu sampai tempatnya. Ah, mampus... Saya salah orang. Udah senyum senyum, buka jabat tangan, dan kalau mau diam dan mengepal tangan kayaknya ga mungkin banget. Karena itu udah di depannya persis. Dan bagaimana reaksinya kalau Anda tahu? Dia cuekin tangan saya. Dan langsung ketawa sama temannya yang tadi... Dan saya pun langsung pulang...

"Mbak, mbak.. Tadi itu tak panggil lo. Kok nggak nyapa sih.. Somsee (sombong sekali) dehh... "

"Eh, iya po? Ya maaf. Aku nggak tahu, soalnya mataku minus. Ngeliat kamu yang di depanku persis aja kabur. Apalagi melihat masa depanku sendiri?" Eh...

"Kalau liat pakai mata mbak. Mau cepet ke surga po?"

"Eh iya. Bosen nih, hidup kok disalahin terus.." Hmm...

"Eh Bung, hari ini kau lagi praktek di perpustakaan yaa?" tandasku yang kukira itu adalah Tika, teman sekampusku sambil menunjuk nunjuk ke arah mukanya. Lah, kok dia diam terus ngeliatin hp?

"Astaga, Aku salah orang. Maaf yaa mbaak.." saat kutengok wajahnya lebih dekat lagi. Dan kau tau? Mbaknya tidak menunjukkan gejala tersenyum dsb. Hanya memasang muka bingung sambil melototi ke arah HP.

Akhirnya orang orang di sekitar tempat duduk perpustakaan tersebut tertawa terpingkal pingkal. Termasuk saya yang menertawakan diri sendiri..

"Makanya sadar diri, pakai kacamata kenapa..? Jangan dilepas pakai juga. Dipakai terus. Jangan setengah-setengah."

Dan andai kalian tahu, pakai kacamata itu nggak enak banget. Tapi emang mau gimana lagi. Buat membantu penglihatan, sepahit dan segetir apapun kekaburan, emang harus ditelan. Tapi sejauh ini saya masih lepas pakai kacamata. Tidak peduli dibilang sombong atau pingin cepat masuk surga. Dan punya berbagai tembok anti malu kalau kalau salah orang. Toh, itu bisa dijadikan pengalaman berkesan untuk saya dan orang tersebut. Dan juga menertawakan diri sendiri itu menyenangkan Bung... Cobalah !

NB : kenapa tiba tiba pakai Bung? Dapet inspirasi darimana e?

Entahlah, saya pun tak tahu...

#be grateful

#kacamata

#dan sejarah para pemakainya

Welcome!

JURNAL #56_ SAFARI RAMADHAN

JURNAL #55_ PESANAN TERAKHIR

JURNAL #54_ MENJADI PENDAMPINGNYA

JURNAL #53_ SUDAH SARJANA, MAU NGAPAIN?

JURNAL #53_ BELUM NIKAH?

JURNAL #52_SAYA (TIDAK) SUKA KACAMATA

JURNAL #51_ JANGAN PERCAYA TULISAN SAYA

JURNAL #50_ BOSAN HIDUP

Cari Apa?

About me

Arsip Blog

Label