JURNAL #55_ PESANAN TERAKHIR

Seperti biasa. Hari hariku selalu kuhabiskan di rumah. Hanya bisa menunggu dan menunggu kedatangan Bapak. Sedangkan Ibu, kulihat dia sangat lelah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Lah Aku? Hanya bisa menulis dan merapalkan apa yang terjadi hari ini...

Jujur ya.. Aku sebenarnya sangat menantikan hari-hari dimana keluargaku berkumpul lengkap. Tapi Bapak yang selalu keluar bekerja habis Subuh dan pulang pun tak tentu. Kadang pulang, kadang tidak. Aku ini sebenarnya juga tak rela dengan Ibu. Aku pun juga sering pulang malam karena kerja sambilan untuk menopang hidup keluarga. Tak rela meninggalkan Ibu sendiri. Tapi kini Aku harus lebih betah di rumah, karena Ibu sering sakit-sakitan. Terutama kalau Bapak pulang. Pikirku Bapak hanya membuat Ibu sakit saja dan menambah pikiran. Memaksa harus ini itu di rumah. Tidak boleh ini itu. Jika makanannya tidak sesuai selera, semua diamuknya. Termasuk Aku, yang menjadi sasaran empuk untuk pelampiasan.

Pernah suatu hari Aku memergokinya menendang Ibu karena masakan Ibu keasinan. Lalu dengan entengnya dia keluar tengah malam. Waktu itu Aku ingat betul bahwa dia habis kerja. Bahkan Aku sendiri tak tahu dia kerja apa. Tak jelas.. Duh, Ibu. Kenapa masih bertahan. Apa yang membuatmu masih mencintainya? 

Sejak saat itu dia tak pernah pulang, terhitung satu tahun sampai sekarang dan Aku pun mulai pindah ke kontrakan bersama Ibu. Aku sendiri tak berkabar dengannya, tak jelas juga keberadaannya. Dan Aku masih tetap menjaga Ibu sampai sekarang. 

Pagi ini Ibu sakit keras. Mengigau Bapak terus. Teringat masakan yang dimasaknya dulu asin sekali, yaitu nasi goreng kampung asli bikinan tangan Ibuku. Sebenarnya Aku sendiri ingin memaksakkan nasi goreng untuk Ibu. Tapi menggoreng telur saja, Aku tak bisa. Gosong dan hambar. Apalagi memasak nasi goreng? 

Hmm.. Akhirnya kupesan nasi goreng melalui GoFood. Mungkin itu sedikit membantu dan menguntungkan. Atau, mungkin saja Ibu berpikiran bahwa itu masakanku.. Tapi kurasa tidak. Ibu pasti tahu.. Hmm.. 

Selang lima belas menit kemudian, suara motor mulai terdengar. Ada seseorang yang menggedor - gedor pintu dan berteriak mengantarkan pesanan nasi goreng. Aku pun terburu - buru untuk membukanya. Ah, Ibu pasti senang sekali ini. Dan begitu pintu kubuka, bungkusan nasi goreng yang dibawanya terjatuh dan lidahku mulai kelu. 

"Bapak?" Aku ingin memaki diri sendiri. Kenapa harus dia? Sudah cukup puas belum Bapak meninggalkan kami? Tanyaku dalam hati. Tapi dia langsung menerobos masuk ke dalam rumah. 

"Dimana Ibumu?" 

Dia mencari-cari Ibu ternyata tak ada. Dan Aku lupa bilang bahwa Ibu telah tiada sejak kepergian Bapak dulu. Dia sekarat karena Bapak. Sedangkan Aku sendiri juga lupa, bahwa pesananku tadi ternyata hanyalah ilusi tentang Ibu. Kupikir Aku ini sudah gila. Suka memesan makanan lalu tak dimakan. Hanya dibiarkan begitu saja sampai Ibu memakannya. Begitulah Aku. Orang-orang menganggapku gila, karenamu Pak! 


#ini_cerpen_yaa
#dasar_gila
#sad_night

0 komentar