JURNAL #54_ MENJADI PENDAMPINGNYA

Tidak ada yang perlu dilebih lebihkan maupun diunggulkan. Karena kau tahu? Semua orang itu hakikatnya sama dan pasti memiliki keunikannya masing-masing. 

Jujur, aku sudah beberapa kali merasakan asinnya garam. Tapi yang kurasakan ini tak seberapa. Aku sangat senang ketika berjumpa dengan manusia dari berbagai elemen. Terutama orang-orang ini.

Awal mulanya aku sangat bersyukur diterima di perguruan tinggi ini. Namun mengarah kesini aku berusaha tidak terlalu terikat dengan organisasi. Karena aku paling tidak bisa loyal dengan yang namanya organisasi. Selalu ada saja hambatan. Meski ikut tergabung, tapi tak aktif sama sekali.

Baiklah, kuceritakan bahwa aku memasuki tiga organisasi sekaligus di awal kuliah. Waktu itu masih masa labil labilnya. Padahal sekarang saja juga masih. Pertama, aku mengikuti organisasi ilmu perpustakaan yang mensyaratkan portofolio hasil karya untuk masuk menjadi anggotanya. Tapi belum ada setahun, aku bosan.

Kedua, aku mengikuti dua buah organisasi agama yang satu di tingkat fakultas dan satunya lagi di tingkat universitas. Sama sekali aku belum pernah terlibat langsung dengan kegiatannya. Hanya sebatas grup onlinenya saja.

Terakhir, aku benar-benar sudah tak mau berurusan dengan yang namanya organisasi. Dari dulu aku ikut organisasi, tidak pernah bisa konsisten. Payah sekali bukan? Hmm

Akhirnya, kuputuskan saja untuk menjadi volunteer. Jujur, aku memang sangat senang menjadi volunteer dari dulu. Tapi baru kelakon di semester triwulan. Lalu, aku memutuskan untuk mendaftar di Pusat Layanan Difabel atau disebut juga PLD UIN Sunan Kalijaga. Aku pun tak tahu ini organisasi atau bukan. Pingin ikut ya ikut. 

Aku sangat menikmati pelatihan bahasa isyarat ini. Di awal awal kami dilatih untuk belajar mengeja huruf, menyebutkan warna, angka, bulan, benda, nama keluarga, dan masih banyak lagi. Tentunya menggunakan bahasa isyarat ya. Dan pematerinya juga sahabat Tuli sendiri.

Semester ini, aku memulai untuk terlibat langsung menjadi notaker atau juru tulis sahabat Tuli. Dimana tidak perlu syarat khusus. Intinya kita mau mendarma baktikan kemampuan kita mendengar untuk dituangkan menjadi tulisan.

Kegiatan yang paling kusenangi adalah bertemu dengan orang-orang baru. Pertama, dengan aku mendaftar menjadi notaker aku bisa mengenal sahabat Tuli dan menjadi sahabat curhatnya, berbagi keluh, dan suka cita. 

Kedua, aku bisa mengenal teman-temannya. Memperluas lingkaranku. Dan mengenal lingkungannya.

Ketiga, aku bisa lebih mensyukuri apa yang aku miliki saat ini. Yang biasanya hanya kusia siakan tapi ternyata sangat penting. Yang mereka keluhkan justru membuatku lebih peka terhadap apa yang ada.

Aku lebih memilih menjadi pendamping sahabat Tuli yang cewek. Jujur aku nggak mau ngambil pendamping yang cowok. Aku nggak semudah itu bercengkrama lepas dengan cowok. Kikuk. Nggak ngenakin, kalau diajak ngomong cuma singkat aja. <Hmm makanya jomblo terus.. / Terserah!>

Awalnya aku excited banget. Apa yang dosen ceritain, yang diterangkan di slide presentasi, sampai kisah pribadinya aku tulis di selembar kertas. Kalau nggak ya aku ketik di keyboard laptop. Bagi mereka itu penting banget Bung! 

Aku kadang merasa nggak enak hati. Saat cerita dosennya bener bener lucu, aku pengen ketawa. Tapi nggak enak karena dia nggak ngerti apa yang diketawain. Akhirnya aku telen lagi rasa pingin ketawa itu, lalu kutuangkan dalam bentuk tulisan. Lalu akhirnya dia mengerti. Jadi tiap detik aku mesti ngetik atau nulis. Padahal tulisanku itu juga jelek banget... Ehee

Kadang kalau aku capek nulis, dia juga tahu. Tapi langsung kutepis dengan isyarat aku cuma ngantuk kok, kayaknya kurang tidur deh, tadi tidurnya cuma bentar... ah pokoknya kalau mau berekspresi ketahuan banget. Dan kalau nggak mau ketahuan makanya pinter pinter berekspresi..  nah gimana , bingung kaaan...ehee

Terus belajar bahasa isyarat tadi buat apa? Ya buat komunikasi lah. Tapi kalau di dalam kelas aku lebih suka nulis atau ngetik. Kalau di luar kelas atau pas jam jam istirahat aku suka pakai bahasa isyarat untuk melatih perbendaharaan kataku. Maklum, aku masih belum fasih berbahasa.

Aku jadi ngerasa berdosa banget, aku yang awalnya excited sekarang malah jadi gini. Terbengkalai karena kebanyakan izin gabisa dampingin dia. Ada praktek di perpus lah, ada pameran lah, ada ini, itu lah. Duh, pinginku itu dampingi dia terus. Semoga Tuhan memudahkan jalanku untuk bersamanya... Dan memudahkan jalannya selalu...

Teruntuk para sahabat Tuli

#dari pendampingmu
#yang jauh disana

0 komentar