Kita punya Allah. Jadikan Allah sebagai
majikan. Allah sebagai pimpinan kita, penguasa kita, dan Allah sebagai Tuhan yang
kita hambakan. Allah sangat teramat
baik, namun kita seringkali tidak sadar bahwa Allah telah memudahkan,
meringankan, dan memberikan semua yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
Kita boleh saja ingin ini ingin itu. Kita ingin sukses. Tapi ingat, Allah tidak menuntut kita untuk sukses. Hanya
saja kita yang harus berusaha keras. Tergantung diri kita, apakah mau bergerak
atau tidak memperjuangkannya.
Semua yang ada di dunia ini adalah
fasilitas yang diberikan Allah. Kita bisa memilih jalan hidup menjadi orang
susah karena syahwat dan pikiran sempit kita, maupun tindakan dan perilaku
kita. Pada akhirnya menyusahkan diri sendiri dan orang lain.
Jangan mentang – mentang punya mata,
punya tangan, punya mulut, digunakan seenaknya aja layaknya udah FREE.
Semuanya ini garansi seumur hidup. Bersyukurlah dengan apa yang ada sekarang
ini. Coba sebutkan Indonesia dari sisi
baiknya jikalau orang lain hanya bisa menyebutkan sisi jeleknya. Entah dari
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan agamanya. Jangan terprovokasi oleh orang
yang menghendaki perpecahan lalu menjadikan kita anarkis dan ingin memberontak,
bahkan tak terkontrol. FREE yang
sesungguhnya jikalau hati, pikiran, dan perilaku kita bisa menghargai dan
menghormati yang lain.
Periode ini dimulai dengan Penegerian Fakultas Agama Universitas Islam 
Indonesia
(UII) menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang diatur dengan
Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 1950 Tanggal 14 Agustus 1950 dan
Peresmian PTAIN pada tanggal 26 September 1951. Pada Periode ini,
terjadi pula peleburan PTAIN (didirikan berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 34 Tahun 1950) dan ADIA (didirikan berdasarkan Penetapan Menteri
Agama Nomor 1 Tahun 1957) dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor
11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 tentang Pembentukan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) dengan nama Al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah.
pada periode ini, PTAIN berada di bawah kepemimpinan KHR Moh Adnan
(1951-1959) dan Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya (1959-1960)