“Eh, bukannya judul
filmnya Pengabdi Setan ya?”
Ngetik ini cerita aja
udah bikin senam jantung. Tangannya ada di keyboard tapi otaknya ada di alam
bawah sadar. Jadi mohon maaf untuk “Kalian” yang namanya sudah saya sebut. Tapi
semoga sudah tidak ada lagi korban baik soal harta dan wanita. Semoga !
NB : Late post Sebelum UTS
“Eh, iya ya? Halah,
typo doang. Yang penting kan ada setannya.”
“Beda kali. Masa setan
menghuni setan yang lainnya?”
………..Krik-krik-krik…..
Berawal dari beberapa
hari lalu Saya diajak teman-teman pergi nonton (PENG)ABDI SETAN ini. Jangankan
nonton horror di bioskop, di laptop aja sudah untung-untungan. Apalagi kalau
bareng-bareng. Syukur daah.
“Besok nonton Pengabdi
Setan yuk?”
“Nggak ah. Saya takut.
Nanti rugi Saya kalau cuma pura-pura lihat?”
“Kan nontonnya
bareng-bareng. Jadi takutnya bareng-bareng.”
“Iya tau bareng. Tapi
suaranya itu loo..”
Awal
mula nonton horror dan parno itu pas diajakin sama Saudara di bioskop selepas
ngerayain wisuda. Nggak ada rencana nonton, tau-tau langsung berhenti di tempatnya.
Saya
bilang, “Lah ini kenapa malah jadi kesini?”
“Mau
nonton film lah.”
Dan
ternyata pas kita langsung beli OTS, film yang akan tayang adanya NYAI AHMAD
DAHLAN, WARKOP DKI, dan ANNABELLE II. Nah, kebetulan genre kami itu juga sama.
Nggak suka cerita sejarah yang bikin ngantuk, cerita komedi yang berbau yaa
gitu lah tau sendiri kan, kalau yang dulu pernah nonton warkop versi lama,
apalagi horror. Dan daripada sudah capek-capek datang terus pulang tanpa dapat
cerita, akhirnya yaa pilih ANNABELLE II.
Apa
an. Baru masuk aja udah merinding, kebelet kencing, ditambah dengerin backsound
dengan suara melengking. Nggak ding, biasa aja sebenarnya. Cuma emang
backsoundnya aja yang bikin film horror itu SERASA HIDUP.
Jika
yang lain masih berani pura-pura liat hantunya dengan jilbab yang setengah
menyapu wajah mereka, sedangkan Saya? Lebih absurd, nggak masuk akal, dan nggak
terduga dari yang kalian bayangkan.
Lanjut, pas udah duduk. Nih jilbab Saya tarik-tarik
ke depan biar nggak liat gambar hantu dan orangnya. Kalau kalian cowok, bisa
pake topi buat nggantinya.. hahaa.. Terus kedua kuping Saya sumpeli pakai
jari telunjuk dengan siku bersandar pada kursinya. Lah terus kamu nonton apa dengerin bioskop
sebenarnya? Yaa dua-duanya. Lebih tepatnya nonton subtitle sama dengerin
backsound.
Jadi
apakah dari sisi depan dan belakang tahu hil? Yang jelas nggak! Tapi yang
disampingmu hil? Ya jelas! Mereka setengah lirik-lirik muka Saya dari samping.
Bodo Amaaat !!! Intinya kalau Saya ngikutin seperti mereka yang nutupin wajah
pakai kerudung, Saya nggak bakal tahu itu film ngomongin tentang apa. Tau dikit
sih sebenarnya, dari bahasanya. Tapi kan nggak bakal paham juga kalau nggak
lihat dialog mereka dari subtitlenya. Terus, kalau mau liat gambar orang,
lingkungan, maupun keadaan di film tersebut ya cuma tinggal mendongakkan kepala
ke atas dikit. Nah, jadi kan bisa kelihatan itu gambar. Ahahaha.
Balik
lagi ke Pengabdi Setan. Akhirnya teman-teman Saya pergi nonton tanpa ada Saya
disampingnya. Nyesel pasti kalian nggak liat muka Saya kaya yang di Annabelle. Ahahaha.
Terus
hari berikutnya mereka cerita kalau alurnya itu lucu, masih ada kelanjutan
filmnya lagi kata mereka. Ada yang bilang bagus, ada yang bilang enggak. Tau
lah, yang bener yang mana. Orang Saya nggak nonton. Yang paling banyak
diulang-ulang dari obrolan mereka itu malah “Ibu, sudah disisiri belum
rambutnya?”
Apa
emang hantu di film Indonesia itu malah lucu? Nggak serem dan membuat orang
meledak-ledak kayak hantu di luar negeri? Sepanjang Saya nonton film horror,
padahal baru satu aja bangga. Ahahaha. Kebanyakan horrornya di film luar negeri
itu berawal dari misteri sebuah permainan lalu berkembang jadi hantu. Nah,
sedangkan hantu di Indonesia itu kebanyakan yang saya amati, kaya semisal TUYUL
(si anak kecil yang botak dan konon katanya dari cerita kawan Saya ini biar
tetap hidup, dia meminum air susu dari sang istri), KUNTILANAK (bersarang di
atas pohon, nggak tahu kenapa. Mungkin viewnya
lebih adem dan tepat kali ya), SUNDEL BOLONG (yang punggungnya berlubang), SI
CANTIK JEMBATAN ANCOL (korban pemerkosaan), dan belum lama nanti KELUARGA TAK
KASAT MATA (keluarga korban pesugihan).
Kebanyakan
film Indonesia yang Saya sebutkan ini sepertinya kok malah membahas masalah HARTA
dan WANITA ya? (kurang TAHTA ini, hahaha) Liat aja Tuyul dan Keluarga Tak Kasat
Mata berbau uang (politik). Yang paling kasihan ini yang Si Cantik Jembatan
Ancol, Kuntilanak, dan Sundel Bolong. Mereka terkena korban pelecehan seksual
(sosial). Sepertinya memang ciri khasnya horror Indonesia ini ya kalau tidak Harta ya Wanita. Ya mungkin ada yang lain,
namun Saya belum menonton atau mendengar ceritanya mungkin.
NB : Late post Sebelum UTS