Welcome!

Pas tadi si Bapak, eh maksud saya Mas dosen (sebab beliau tidak mau disebut bapak karena rentang umurnya hanya berjarak 4 tahun dari kami. Ternyata beliau memang benar-benar motivator alias kek Mario Teguh gitu) wkwk. Kuketahui karena kata-katanya sering terlontar dan berusaha membangkitkan semangat kami untuk terus belajar, berkarya, dan tetap jadi orang baik terus. Yeay!

Jangan salah paham dengan judul postingan saya ya! Karena cerita dewasa menurut sudut pandang saya mengarah kepada kemandirian, tanggung jawab, martabat, keluarga, dan kesederhanaan. Hhh! Selamat menikmati postingan kembali! Wkwk :)

Apakah Mas dosen ini suka nge blog? Tentu! Sebelum genap satu tahun menjadi dosen, saya sudah mengenal beliau dan lika-likunya melalui blognya. Melalui YouTubenya, melalui sosial medianya, ah kalau mau dibongkar, aku ini memang true stalker sekali. Wkwk. Maaf ya pak, semoga bapak nggak sempat liat ini. Saya khilaf, bapak sudah beristri kok. Tapi, bukan itu poinnya, saya menaruh rasa kagum atas lika-liku yang Anda hadapi dari awal masuk kuliah hingga sekarang ini, yang sudah menjadi dosen.

Sebetulnya, banyak sekali orang-orang hebat yang saya temui semenjak saya berkuliah di kampus saya ini, termasuk Anda. Mulai dari Mas Suwanto yang kuliah di 3 kampus beken (UIN, UGM, UNY) kebayang nggak kalau bagi waktu gimana? Saya aja satu udah mumet, beliau tiga? Subhanallah! Ditambah jadi marbot masjid lagi. Tulisannya udah nembus di jurnal nasional, di media massa, media online, dan banyak lagi pokoknya. Masih ada lagi, beliau kemanapun masih pakai sepeda. Padahal kosnya di Lempuyangan. Trus, belum punya android (baru-baru ini sudah punya) sampai laptop (ngetik cuma di rentalan). Saya tahu, sebab saya ikut seminarnya dan, satu lagi, saya ini lumayan kepo dalam artian positif untuk "menganalisis" orang lain! Ahahah.

Ada lagi, Mas Mursyid, yang selama ini jadi penulis. Semenjak kuliah sampai sekarang. Mendirikan penerbitan sendiri pula! Terus ngalamar istrinya pakai mahar duit hasil kerja nulisnya. Kan, so sweet banget coba? Hhh! 

Lantas, saya di sini masih saja kurang bersyukur. Masih menyia-nyiakan tenaga dan kesempatan. Bahwa memang benar, kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil ! Don't you? :)

Salam,

Semoga bermanfaat ya!

#cerita benar-benar dewasa

H.

H.

H.

Jangan menyesal yaa! Wkwk :)

Mungkin ini terdengar bengis ya, tapi boleh Anda renungkan lagi kok, dan Anda boleh sangat tidak setuju. Kalau Anda punya televisi yang siarannya Indonesia, ya iyalah Indonesia! Orang warga Indonesia? Eits, jangan emosi dulu hhh! Mending segeralah matikan seumur hidup televisi Anda, atau minimal jika gabisa, ya udahlah minimalisir penggunaan TV Anda. Hhh! Kenapa?

Saya, selaku orang yang (setidaknya) telah menyelami dunia gelap pertelevisian tidak menyarankan Anda untuk sekadar mencari hiburan melalui televisi. Mengapa tv? Mengapa tidak android? Karena tv lebih rawan daripada android. Terlebih, di mana-mana setiap rumah pasti ada Tv. Hal itu membuat peluang orang dengan mudahnya menyerap informasi tanpa dicerna ulang. Maaf, terlebih untuk orang awam seperti orang tua yang kadangkala langsung menelan informasi secara mentah-mentah. Kalau di android kan kita bisa bandingkan web satu dengan lain secara cepat dan saat itu juga melalui internet. Nah, kalau lewat tv, kan gabisa. Mesti nunggu channel yang lain tayang dulu. Toh, waktunya aja beda! Ya nggak sih?

Saya pernah, dengan amat gemasnya meminta bapak untuk menjual tv di rumah kami, karena saban harinya ibu dan adik yang selalu menonton "siaran televisi" yang saya anggap kurang, bahkan tidak bermutu sama sekali. Namun, permintaan saya tersebut ditolak. Alasannya ya untuk hiburan. 

Parahnya, saya pernah merencanakan untuk menjadi "perusak" di rumah sendiri dengan cara merusak komponen televisinya agar tidak dapat hidup selama-lamanya. Namun, hati kecil saya merengek-rengek dan meminta belas kasih agar tv tersebut tidak diutak-atik. 

Apa kamu rela membunuh kebahagiaan mereka?

Aduh! Ya nggak juga sih, tapi gimana dong? Aku kadang serba salah mau kasih tahu sama ortu tapi cuma berhenti di situ aja. Mau ngajak literasi tapi yang diajak masih sulit. Tapi kalau didiemin aja, kasian juga, masak mereka nggak sadar kalau minun racun manis tiap hari? Duh, terus kek gimana dong?

Ya kamu harus tetep bersabar, ikhtiar, dan berdoa lah. Pelan-pelan mereka pasti juga bakalan ngerti. Nggak ujug-ujug langsung paham. Ya kan?

M, iya juga sih. Tapi bakalan lama juga sih.

Ya iya lah, namanya aja proses. Tiap orang kan punya proses yang beda-beda. Ada yang cepet, ada yang sedang, dan ada yang lambat. 

Iya, ya.

Terus, masalah tv tadi gimana?

Jika kepaksanya mereka masih susah move on dari tv, maka anjurkan mereka untuk tidak mudah percaya pada siaran apapun. Termasuk berita. Sebab, terkadang berita juga sudah dibuat pola tertentu untuk kepentingan finansial bahkan politik golongan tertentu. Jadi tidak murni berita sepenuhnya. Misal, kasus Audrey kemarin. 

Apakah kalian salah satu di antaranya yang nge share? Atau, yang tanda tangan petisi?

Usahakan, jika tidak tahu ya diam. Sebab, kita nggak ada pihak yang benar-benar mafhum untuk ditanyain. Apalagi kita masih mengandalkan mesin pencari alias Google, ya kan? Jika ingin cross check, lakukan sekritis-kritisnya. Juga, jika ada orang yang ditanyai, usahakan tanyakan kepada pihak yang benar-benar paham. Serta, jangan gegabah untuk share informasi yang didapat.

Pahami

Resapi

Dan

Perbanyak kontemplasi :) 

Salam!

#dilarangbodoh

#perbanyakkritis

#kurangiTV

#maribelajar

Toktoktoktoktok.. Suara kayu yang dipukul mas-mas penjual siomay tersebut sukses menggugah perutku, sebab dari tadi sudah keroncongan. Alhasil, aku mengambil kain sekenanya untuk menutupi rambutku dan langsung berlari ke luar sambil teriak "Mas beliii." Sayang, masnya nggak denger. Kumaksimalkan lagi suaraku sampai di telak tenggorokan. "Maaaaas, beli siomaaaaay." Akhirnya dia nengok dan berhenti.

Hm, ya gimana dia tadi nggak nengok diteriakanku yang pertama coba. Orang aku aja manggilnya kaya di kamar sebelah, dan aku lupa kalau rumahku ini terletak di pinggir jalan raya, yang saban harinya selalu dilewati kendaraan. Baka! Hhh!

Aku ambil uang dulu ya, Mas!

Masnya ngangguk angguk aja.

Pas masuk ke dalam rumah lagi, kujumpai Ibu sudah duduk manis di ruang tengah sambil menonton TV. Hm, daripada makan sendiri mending kutawari Ibu sekalian saja lah.

Bu, mau beli siomay nggak?

Nggak. Kamu aja. Jangan lupa bawa piring tuh!

Males nyucinya, pakai piring segala! Lagi pula pakai plastik lebih simpel, makan, langsung buang plastiknya?

Pakai piring tuh biar ngirit sampah. Terus malah dapat bumbu yang banyak lagi. Kok malah gamau?

Duh, daripada mas-mas yang tadi kelamaan nunggu, mending ku iyain aja ceramahnya Ibu.

Iya, Bu. Ini mau ngambil piring sama uang.

Crppp. Setelah proses tawar-menawar antara plastik dan piring tadi selesai, kulanjutkan perbicanganku dengan mas siomay. Dan akhirnya, aku mendapatkan sepiring siomay cantik nan lezat. Plus, bumbunya emang banyak lagi... Hhh, bikin nagih!

Kukira, Ibu memang wanita yang penuh perhatian terhadap segala lini masa. Tapi, pernah suatu ketika aku bertanya asal padanya perihal jualannya di pasar. Oiya, ibuku ini berjualan plastik, kardus, ember, pokoknya serba-serbi barang buat orang hajatan. Sekali lagi, dia jualan plastik pemirsa!

Bu, la Ibu sendiri kan jualan plastik. Kalau misal, plastik udah dilarang di Indonesia dan semua menggunakan barang daur ulang, ibu mau gimana?

Ya kan masih ada jualan yang lain. Jualan ibu kan nggak cuma plastik doang. Masih ada bala pecah, dan masih ada kardus snack juga yang ibu. Kata ibu dengan santai.

Aku berdehem, o iya ya. Jadi jualannya nggak cuma satu aja ya?

 

Iya, kalau bisa bertahap.

Dari situlah, kuketahui bahwa ibu juga menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungannya. Ya belajar ngirit sampah, memaksimalkan masak dan makan di rumah, dan berbenah diri lewat listrik. Itulah mengapa jika setiap pagi, ibu selalu getol menyerukan "jangan lupa matikan lampu kalau nggak dipakai, hemat listrik, dan hemat air!". Kalau nggak, ibu bakal ngomong kek gitu terus, sampai kupingku memar kemerahan. Wkwk.

Pokoknya, habis bangun tidur itu, lampu mesti dimatikan dan aku mesti bantu Ibu masak ini itu. Aaak, sabar-sabar.

Meskipun, sedari kecil aku sudah terbiasa jajan, ibu juga selalu menyuruhku membawa bekal dari rumah. Nggak baik jajan terus. Termasuk sampai dewasa ini. But, aku nggak pernah malu untuk memakan bekal yang ibu dan aku masak. So romantic, masak bersama. Wkwk.

Bu, emang cewek harus banget bisa masak?

Kalau nggak, terus kamu mau kasih jajan terus keluargamu besok?

Ya nggak juga sih. Tapi, masak juga malas Bu.

Kamu pasti bisa, masak itu gampang kok. Mesti kadang bisa gosong dan bisa berantakan. Hhh!

Zzz, astaga kok kesel tapi bener yaa. Wkwk.

Makanya belajar masak sama ibu.

Iya Bu, iya...

#mari masak dan makan sehat

#hidup sehat

#go green

#kurangi plastik

#gunakan peralatan yang ada

#daur ulang sampah

#cintai bumi, dirimu sendiri,

dan 

H.

H.

H.

!

Cobalah untuk ngomong santai sama lawan jenis deh!

Nggak bisa!

Kenapa?

Ya pokoknya nggak bisa, nggak tau kenapa!

Cobalah ketawa, basa basi, ngomong sarkas sama kayak yang kau lakukan ke temen-temenmu! 

Udah dibilang gabisa juga!

Ya mau gimana dapet kenalan cowok coba, main aja sama lingkaran cewek terus?

Males aja gitu, basa-basi cuma demi cari gebetan. Aku nggak lagi nyari gebetan woy! Aku masih pengen sendirian, hih! 

Dasar gila!

Aelah, umurku aja masih sebenih jagung kenapa situ yang repot? Emang situ mau nikah umur berapa?

Ya, maksimal 28 lah! Kamu rencanain juga lah mau nikah kapan?

Aku mah santai, maksimal 30 tahun mah gapapa. Wkwk. 

Dasar gila! Kamunya emang gapapa, tapi keluargamu yang kasian!

Kenapa jadi ribet gini sih? Ya ntar kalau ada yang mau ya tinggal nikah aja, kan? Toh masih ada jangka waktu yang masih lama? Hmm

Iya lah, kalau ada yang mau mah terserah. Yang penting nikah itu buat nyempurnain agama. Bukan buat maen-maen. Hadepin camer, keluarganya, belum lagi biaya buat nikah, biaya kalau punya banyak anak, sekolahnya, makan sehari-hari. Jadi mesti dipikirkan dan dijalani baek-baek. 

Situ sudah siap ya? Kok gamblang banget jelasinnya? O iya, kan seringkali liat dan bikin story tentang anak-anak, cincin, terus wedding gitu!

Sial! 

Hhh! 

Kalau nggak ubah pribadimu jadi lebih terbuka dikiiiiiiiit ajaaaaa!

Kenapa aku mesti merubah kepribadianku?

Ya biar orang nggak mandang kamu negatif mulu! Nih, pertamakali aku liat kamu, kamu tuh pendiem tapi songong. Tapi aslinya kalau udah tau dan paham, ternyata baik sih. Cuman, sarkas, perhitungan, dan ceroboh banget!

Bodo amat, karena aku nggak bakal merubah kepribadianku demi bergaul dengan cowok! Biar mereka nerima apa adanya kepribadianku.

Ya nggak ada salahnya juga kan bergaul sama cowok? Nggak baik juga egois sama diri sendiri tau!

Ya emang nggak apa-apa, sih. Cuma karena belum terbiasa itu juga sih, aku masih terpaut dalam zona nyaman bersama temen-temenku yang cewek, dan masih belum saatnya membiarkan hatiku tercebur dalam yang namanya zona friendzone! Hhh!

Ya udah lah, terserah. Selamat bersenang-senang dengan duniamu! Bahagia selalu!

Yes, madam! Tapi, Bukankah jodoh itu cerminan diri sendiri? Yang baik untuk baik yang nggak buat yang nggak? Tapi ada yang baik dapat yang nggak, terus itu gimana?

Ya karena Tuhan pasti tahu yang terbaik untukmu. Kan, tidak baik di matamu belum tentu tidak baik di mataNya. Dari kasus itu kan bisa dilihat, berarti Tuhan percaya bahwa orang baik tadi dapat menjadikan pasangannya yang kurang baik menjadi lebih baik melalui dirinya. Jadi, cobalah melihat dari sudut pandang yang berbeda! 

All right! Lalala, thanks Madam! Hhh!

Hmm.

Ada orang yang selalu ingin tahu kehidupan orang lain, ada. Itu aku.

Ada orang yang sebenarnya ingin mencoba mengenal orang lebih dalam lagi, itu ada. Tentu aku.

Ada orang yang sebenarnya dia tak sadar telah mengikuti apa yang dia lihat dan dia rasakan di tulisan yang pernah dia temui, itu ada. Adalah aku.

Ada orang yang sangat dia sayangi, tapi sayang tidak ditanggapi, dan dia tetap bertahan di titik tersebut, itu ada. Siapa lagi kalau bukan aku?

Ada orang yang sangat bodoh. Jelas-jelas orang yang disukai itu tidak suka, tapi masih berharap saja, itu ada. Tentu aku!

Ada orang yang lebih bodoh. Disukai orang lain, tapi tidak merasakannya, itu ada. Dan ternyata aku.

Ada orang yang putus asa. Kenapa bisa dia tidak bisa memutar kembali waktu yang pernah terbuang begitu lama hingga menginjak usia kepala dua ini, itu ada. Dan itu, aku.

Ada orang yang saban harinya memikirkan status, karya, dan impiannya, padahal aksinya saja nol persen, serta keluarganya saja pontang-panting cari uang, itu ada. Jelas, itu aku.

Ada orang yang sibuk sok-sok an membicarakan politik, menabur benih kebencian, dan menghujat sana-sini, itu ada. Aku kah?

Ada lagi, orang yang bisa-bisanya menulis ini untuk disindir, tapi orang yang disindir tidak merasa, itu ada. Kita kah?

Parahnya, orang yang menulis ini sebenarnya juga sadar, bahwa yang disindir belum tentu membaca tulisan ini.

H.

H.

H.

:/

#selamat merenungkan! :)

Sembari mengendarai kendaraan, terlebih motor, sebenarnya ada banyak sekali hal yang bisa kita lakukan di samping itu. Misalnya saja, dengan menghafal materi ujian, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya, bahkan bebas berimajinasi.

"Ternyata, memang susah banget. Mendidik anak milenial zaman sekarang ya?"

"Aelah, situ baru nyadar?"

"Hm. Mo cerita boleh?"

"Apaan?"

"Aku harus gimana ya?"

"Aelah, langsung cerita aja napa?"

"Jadi gini,"

Aku punya dua adik. Sebut saja adik yang pertama V yang kedua W. Kalau digabung jadi PeWe (posisi wenak!). Paansih. Hh! Nah, dalam lingkaran persaudaraan ini, kami selalu cerita perihal apapun. Baik itu soal ujian, mau jalan ke mana, sampai pacarnya siapa, semua diomongin bertiga.

Terus?

Nah, pas bahas masalah pacar, kek gini. Si V sudah punya pacar belum lama. Aku (sebut saja Y) juga udah punya pacar sejak lama. Nah, Si W ini belum pernah pacaran saat kita-kita ngomongin pacar kita. Alhasil, sekalinya dia punya pacar kok ya gitu amat!

Gitu amat maksudnya?

Ya Bapak-bapak gitu! 

What the nzkcldkddlaalksjf? Seriously? Dia masih SMA kan?

Iya. Udah lulus tapi. Mau lanjut kuliah. Dan kau tahu, Bapaknya itu udah punya anak coba?! Dan Bapaknya juga bakalan nunggu Si W selesai kuliah masak? 

Waw. La kok bisa kenal?

Ya awalnya dari dia sering naik gojeg. Nah, bapaknya itu ojegnya. Dia sering antar jemput sama bapak itu. Dari situlah, benih-benih cinta timbul sampai sekarang.

Tapi, bapaknya nggak gimana-gimana kan?

Ya nggak sih. Tapi kenapa harus bapak-bapak gitu lo? Padahal kalau orangtuanya tahu, aku nggak tahu mesti kek gimana lagi. Pernah waktu itu hampir ketahuan. Ini kayaknya orangtuanya yang nggak terlalu percayaan, overprotektif, dan maen larang ini itu juga sih.

Terusin.

Orangtuanya itu padahal rajin beribadah, baik, dan dari keluarga terpandang alias dihormati banget pokoknya. Nah, tapi mereka belum tahu sosok sebenernya dari Si W anaknya ini. Si W ini kan kalau pulang sore terus. Kalau mau main izinnya kerja kelompok. Habis itu naik ojeg. Mau les ya ngojeg lagi. Duh, pusing aku tuh, apa-apa ojeg. Nah, pas ketahuannya pas sewaktu dia pulang sekolah diikutin ojegnya eh, bapaknya si W ini tau. Terus ditegurnya di rumah. 

#siapa tadi yang ngikutin kamu di belakang?

Oh, itu tadi kan ojeg online pak.

Udah. 

Kelar.

Gitu aja.

Bapaknya percaya.#

Kenapa kamu nggak berusaha bilang baik-baik sama Si W?

Ya kalik! Kalau aku bilang, mau jadi apa nanti lingkaran persaudaraan kita? Nanti dia nggak bakal mau cerita tentang dirinya sama bapak ojegnya itu lagi. Ya kalik juga, aku harus bilang ke bapaknya.

#woy pak, jauhin adek gua! Sambil nyodongin duit, senjata tajam, atau apalah itu dalam pikiranku sempet kek gitu. Tapi ya gimana juga, adek gua juga cinta ama dia. Kayaknya nggak ada lagi yang nerima selain bapaknya itu. Ya tau sendirilah, Si W ini orangnya cuek banget. Manja. Dan ya, gampang kesinggung an gitu lah! Tapi dulu salah aku juga sih, ngomong masalah pacarku sama saudara-saudaraku. Mungkin dari situ mereka juga pengen ngrasain yang namanya pacaran.#

#Jangankan mereka. Jomblo yang kau cekoki berulangkali dengan kisah cintamu bersama pacarmu itu juga bakalan baper kalik! Tapi kalau buat yang udah kebal, jomblo kek gitu nggak bakal terpengaruh! Hhh! Batinku#

Nggak bilang sama orangtuanya? 

Kamu gila apa? Dengan bapaknya yang kayak gitu pas kepergok anaknya dibuntutin aja udah marah-marah. Apa lagi aku bilang!!!? FYI, bapaknya itu punya penyakit jantung. Kebayang nggak kalau aku ngomong nanti gimana?

Maygat. Kicep aku. Nggak ada titik terang di sini ternyata. Batinku.

Terus aku mesti gimana?

Duh, bingung e. Pengen kasih jawaban A tapi nanti resikonya ada di B. Istilahnya kaya buah simalakama. Mau ini, itu yang kena. Mau itu, ini yang kena. Duh! Ya berdoa dan pantau terus aja. Semoga lekas diberikan yang terbaik oleh Tuhan. Amin3. :)

Kalian kalau jadi temenku Si Y ini gimana?

Terus, apa tanggapan kalian jika dimintai saran oleh si Y? Masalahnya cukup pelik kan? Terus akar permasalahannya dari siapa? 

Entah, jika memang benar dugaanku. Berarti peran orangtua lah yang harus dibenahi dan dukungan yang sportif. Boleh membebaskan anak-anak mereka, tapi juga bekali dengan ilmu. Jangan sampai selalu berprasangka negatif dan tidak percaya dengan anaknya sendiri. Kan? :)

Salam,

Semoga bermanfaat!