JURNAL #88_ IBU PERTIWI, IBU KITA, DAN GO GREEN


Toktoktoktoktok.. Suara kayu yang dipukul mas-mas penjual siomay tersebut sukses menggugah perutku, sebab dari tadi sudah keroncongan. Alhasil, aku mengambil kain sekenanya untuk menutupi rambutku dan langsung berlari ke luar sambil teriak "Mas beliii." Sayang, masnya nggak denger. Kumaksimalkan lagi suaraku sampai di telak tenggorokan. "Maaaaas, beli siomaaaaay." Akhirnya dia nengok dan berhenti.

Hm, ya gimana dia tadi nggak nengok diteriakanku yang pertama coba. Orang aku aja manggilnya kaya di kamar sebelah, dan aku lupa kalau rumahku ini terletak di pinggir jalan raya, yang saban harinya selalu dilewati kendaraan. Baka! Hhh!

Aku ambil uang dulu ya, Mas!

Masnya ngangguk angguk aja.

Pas masuk ke dalam rumah lagi, kujumpai Ibu sudah duduk manis di ruang tengah sambil menonton TV. Hm, daripada makan sendiri mending kutawari Ibu sekalian saja lah.

Bu, mau beli siomay nggak?

Nggak. Kamu aja. Jangan lupa bawa piring tuh!

Males nyucinya, pakai piring segala! Lagi pula pakai plastik lebih simpel, makan, langsung buang plastiknya?

Pakai piring tuh biar ngirit sampah. Terus malah dapat bumbu yang banyak lagi. Kok malah gamau?

Duh, daripada mas-mas yang tadi kelamaan nunggu, mending ku iyain aja ceramahnya Ibu.

Iya, Bu. Ini mau ngambil piring sama uang.

Crppp. Setelah proses tawar-menawar antara plastik dan piring tadi selesai, kulanjutkan perbicanganku dengan mas siomay. Dan akhirnya, aku mendapatkan sepiring siomay cantik nan lezat. Plus, bumbunya emang banyak lagi... Hhh, bikin nagih!

Kukira, Ibu memang wanita yang penuh perhatian terhadap segala lini masa. Tapi, pernah suatu ketika aku bertanya asal padanya perihal jualannya di pasar. Oiya, ibuku ini berjualan plastik, kardus, ember, pokoknya serba-serbi barang buat orang hajatan. Sekali lagi, dia jualan plastik pemirsa!

Bu, la Ibu sendiri kan jualan plastik. Kalau misal, plastik udah dilarang di Indonesia dan semua menggunakan barang daur ulang, ibu mau gimana?

Ya kan masih ada jualan yang lain. Jualan ibu kan nggak cuma plastik doang. Masih ada bala pecah, dan masih ada kardus snack juga yang ibu. Kata ibu dengan santai.

Aku berdehem, o iya ya. Jadi jualannya nggak cuma satu aja ya?
 
Iya, kalau bisa bertahap.

Dari situlah, kuketahui bahwa ibu juga menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungannya. Ya belajar ngirit sampah, memaksimalkan masak dan makan di rumah, dan berbenah diri lewat listrik. Itulah mengapa jika setiap pagi, ibu selalu getol menyerukan "jangan lupa matikan lampu kalau nggak dipakai, hemat listrik, dan hemat air!". Kalau nggak, ibu bakal ngomong kek gitu terus, sampai kupingku memar kemerahan. Wkwk.

Pokoknya, habis bangun tidur itu, lampu mesti dimatikan dan aku mesti bantu Ibu masak ini itu. Aaak, sabar-sabar.

Meskipun, sedari kecil aku sudah terbiasa jajan, ibu juga selalu menyuruhku membawa bekal dari rumah. Nggak baik jajan terus. Termasuk sampai dewasa ini. But, aku nggak pernah malu untuk memakan bekal yang ibu dan aku masak. So romantic, masak bersama. Wkwk.

Bu, emang cewek harus banget bisa masak?

Kalau nggak, terus kamu mau kasih jajan terus keluargamu besok?

Ya nggak juga sih. Tapi, masak juga malas Bu.

Kamu pasti bisa, masak itu gampang kok. Mesti kadang bisa gosong dan bisa berantakan. Hhh!

Zzz, astaga kok kesel tapi bener yaa. Wkwk.

Makanya belajar masak sama ibu.

Iya Bu, iya...

#mari masak dan makan sehat
#hidup sehat
#go green
#kurangi plastik
#gunakan peralatan yang ada
#daur ulang sampah
#cintai bumi, dirimu sendiri,


dan 

aku!?


H.

H.

H.

!


0 komentar