JURNAL #6_ Bungkusan Berupa HARTA KARUN

Satu bungkus bakmi jawa mulai membungkam perut saya pagi tadi. Ditambah pisang goreng yang manisnya terpaksa harus saya tenggelamkan  ke dalam tenggorokan. Sebagai penutup, sebotol air putih yang tidak begitu putih tetapi cukuplah untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang menyangkut.


Sambil menikmati bakmi yang masih bergandengan dengan seledri dan si cabai. Mula mula Saya melirik bungkus bakmi tersebut. Memang hanya bungkusan kertas yang lusuh. Tidak ada istimewanya. Sama saja dengan kertas ujian yang lebam akibat tangan nakal anak-anak sekolah.

Perlahan saya tengok gambar yang ada di kertas tersebut. Selain itu ada banyak sekali rangkaian kata yang menjelaskan tema tertentu. Saya mulai penasaran dengan pasangan yang ada dibaliknya. Saya buka lagi hingga akhirnya berhentilah pada suatu puisi berbunyi


Kepada bunga bunga jati
Berguguran satu demi satu
Untuk mencatat masa yang berlalu
Di antara aroma telah meninggalkan jejak
Kembali pada tanah yang akan menghitungnya
Pada garis telah ditentukan dalam musim
Akan terus berulang-ulang
Mencatat sejarah
Karya : Triman Laksana


Bukan hanya selembar kertas yang menyediakan beribu ribu kata yang indah. Akan tetapi makna yang tersimpan di dalamnya membuat pancaran kehidupan. Bungkusan berupa kertas itu tak selamanya abadi. Maka dari itu saya menghidupkannya kembali dengan cara menulisnya disini. Agar kalian juga tahu, kertas itu juga rapuh. Hidup juga tak abadi. Maka saya titipkan kata kata tersebut sebagai harta karun. Agar jika mereka –kertas kertas tersebut- telah pergi, kalian masih bisa tersenyum membacanya.  


Sleman, 19 Mei 2017
Di antara kepulan asap sampah yang menyesakkan
(Jurnal #6_HR)


0 komentar