JURNAL #93_ IMPIAN, JOGJA, JURNAL HARIAN (pemuja sunyi)

Apakah Anda percaya? Bahwa menuliskan impian Anda di kertas dapat membuat peluang terwujudnya lebih besar? Betul, karena aku dan beberapa kawan maupun guru yang lain pun pernah melakukan hal ini. Beberapa hal pun pernah kucapai. Seperti impian kecil untuk berani mengemukakan gagasan misalnya. Ya, meskipun aku hanya berani mengungkapkan gagasan alias ngebanyol lewat tulisan, sih! Hhh. 

Suatu ketika mas dosen pernah bilang bahwa. Cobalah, tuliskan impian kalian, tempelkan di dinding lalu lakukan. Aku pun juga melakukannya sebelum beliau bersabda seperti itu sebelumnya. Hm, sebab memang itulah kuncinya. Tulis apa yang pengen ditulis. Siapa tahu terwujud, kan? Ehee...

Dan juga, aku juga pernah untuk menuliskan untuk mengelilingi beberapa perpustakaan serta masjid terkenal di beberapa daerah. Akhirnya kesampaian juga. Seneng banget rasanya, bisa menjelajah bumi dan seisinya.

Lantas, salah seorang kawanku pernah bertanya asal kepadaku. Setelah lulus nanti, kamu mau berproses di mana? Aku pun termenung dan lama berpikir. Aku sebenarnya punya banyak sekali target. Tapi, yang kutakutkan adalah tidak konsistennya aku dengan impianku.

Misal, aku ingin melanjutkan S2, tapi ternyata sekarang aku masih belum mempersiapkan matang-matang. Atau, masih malas-malasan jika disuruh bikin jurnal ilmiah. Kalau jurnal harian seperti ini mah, kulakoni. Sebab bahasanya tidak terikat. Wkwk. Pun itu masih bolong-bolong. Kan syediih?! Hhh.

Nyatanya, aku ingin bekerja dahulu di suatu daerah yang membuatku tenang. Selain di Jogja ini. Mengapa? Sebab, kukira aku sudah sumpek dengan hiruk pikuk Jogja. Tidak seperti dulu lagi, saat aku bisa melihat-lihat Jogja melalui sepeda. Yang nyaman, damai, tentram, dan sunyi. Aku sepertinya memang pemuja kesunyian, kawan?! Oh, bagaimana ya? Hehee :)

Setelah kudiskusikan berulangkali dengan orang tua dan adikku, mereka tak setuju. Jelas saja, aku anak pertama. Perempuan lagi. Untuk apa mengejar-ngejar kerjaan jauh-jauh jika yang dekat saja ada! Oh! Baik, baik, baiklah! Tapi, aku tidak akan menyerah. 

Mungkin, butuh pembuktian yang lebih keras lagi agar aku layak untuk pergi dari Jogja. Dan, sedihnya aku tidak bertemu keluarga serta kawan-kawanku dalam waktu yang cukup lama. Dan bukan maksudku untuk melakukan pelarian diri maupun tidak bersyukur. Aku, hanya ingin mencoba untuk menenangkan perasaanku yang telah lama terukir diri Jogja ini. Yang sedari aku lahir sampai Segede ini masih tinggal di Jogja. Pengen berkelana aja rasanya, ehehe. Susah memang meninggalkan kota kelahiran. Tapi, aku pasti kembali kok! Semoga saja! Toh, kalau itu Tuhan berkenan mengizinkanku pergi. :)

Masjid yang sangat ingin kudatangi adalah Nabawi. Serta perpustakaan Madinah. Tapi, sebelumnya aku harus pergi ke perpustakaan Pramoedya Ananta Toer terlebih dahulu. Meski, aku sudah pernah bertemu dengan adiknya secara langsung, yaitu Soesilo Ananta Toer. Tapi feel-nya pasti beda. Aku pengen banget buat ke sana habis lulus besok. Semoga aja ya! Ehee...

Ada satu lagi temanku yang bertanya. Kenapa aku menulis di jurnal harian ini di blog? Yang notabene bisa dibaca semua orang. Sebab, menyimpan impian, pemikiran, ide, dan pengalaman hanya untuk diri sendiri itu terlalu egois. Maka, secara gamblang kujawab. Buat apa jika jurnal harian hanya bisa dibawa sendiri saat masih hidup dan hanya ditinggal sendiri saat mati? Ya, itu menurutku aja sih. Kalau ada yang keberatan dan tetep menyimpan rapat-rapat jurnal hariannya juga gak masalah kok! Santai... Ehehe! :)

Salam,

#untuk_jogjaku

0 komentar