JURNAL #95_ DITELANJANGI LOPER KORAN

Hari ini aku bertemu dia lagi. Yaa, bagaimana tidak ya. Sebab, dia selalu muncul saat aku tidak berniat untuk bertemu dengannya. Selalu, setiap aku berangkat pagi, aku pasti melihatnya duduk manis dengan sebendel koran yang tergenggam di tangan kirinya. Sedangkan di tangan kanannya (kadangkala) diangkat ke udara, menggenggam 3 buah koran yang berbeda redaksi sekaligus. Sambil berteriak, "Koran, koran!" Agar orang-orang yang melihatnya tertarik untuk membeli dagangannya. Perkenalkan, namanya tukang loper koran bangjo. Ah, sulit sekali pelafalannya! Singkatnya, dia loper koran. Ehehee.

Dari penampilannya kulihat, memang bukan orang kaya. Sebab, sepedanya saja sudah tua. Dia kujumpai secara tak sengaja di pinggir rental hp waktu itu. Kami, sama-sama sedang service hp. Aku memang memandangnya cukup lama. Sebab, aku sedikit terperangah olehnya. Bagaimana bisa dia duduk di sini dan membawa sebuah "smartphone" bermerek Samsung keluaran terbaru. Yang tak disangka lagi, tukang servis ternyata juga menatapnya demikian.

Loh, kamu bukannya tukang loper yang di bangjo itu? Tanya si tukang servis. Dan aku hanya sibuk melihat jalan. Pura-pura tak mendengarkan obrolan mereka.
Iya. Jawabnya.
Ini hp kamu? 
Iya. 

Lalu, dia menyambung lagi.

Jangan terkejut, sudah banyak orang yang terkejut dengan penampilanku. Lalu, tiba-tiba membawa beberapa peralatan modern. Santai saja. 

Maaf... Kata tukang servis.
Aku juga pernah mengalami pengalaman unik jika dipikir-pikir.

Apa itu? Aku tambah penasaran. Kudekatkan lagi dudukanku ke arahnya sambil menatap jalanan yang riuh.

Sewaktu aku bekerja menjadi tukang loper koran di Jakarta, aku bertemu dengan seorang gadis yang selalu naik mobil untuk membeli koran Jakarta.  Katanya.

Padahal, kalau dipikir-pikir koran Jakarta itu kan berbahasa Inggris. Berarti, rajin sekali gadis itu. Membaca segala rupa koran. Aku terkesima. 

Lantas, dia melanjutkan ceritanya. 

Nah, gadis tersebut kuketahui adalah pembantu di rumah majikannya sendiri. Sebab, aku juga pernah tak sengaja bertemu dia untuk mengantarkan koran langganan di dekat rumahnya. Dia, waktu itu sedang dipanggil oleh majikannya untuk membeli belanjaan di warung. Singkatnya, waktu itu aku menguping. Lalu, aku berpapasan di luar dengannya. Langsung saja kutanyakan bahwa, apakah dia yang setiap hari membeli koran dariku? Lalu dia mengangguk. Apa kamu membelikannya untuk majikanmu? Dia menggeleng.

Deg! Aku tidak percaya. Mana mungkin pembantu membaca koran? Berbahasa Inggris pula! Pikirku waktu itu. Tapi, memang benar bahwa dia lah yang melanggannya sendiri. Bukan untuk majikannya.

Lalu, kenapa dia menjadi pembantu? Tanya si tukang servis.

Karena, dia tak punya biaya kuliah. Padahal, dia sungguh cerdas. 

Aku hanya bergumam, apa dulu tidak mudah ya mendapatkan beasiswa? Mungkin saja? Karena dia hidup di Jakarta! 

Lalu, kini pembantu itu menjadi istriku. Istri si tukang loper koran. Bagaimana, cukup unik kan cerita pertemuan kami?

Waw, padahal dia belum begitu kenal dengan tukang servis itu, tapi sudah cerita cukup menarik dan berkesan. Uwuwuu. So sweet nya. Ehehe...

Jadi, poinnya adalah. Everybody judges everybody. Di mana kita sudah terbiasa menilai orang dari luarnya. Kita akan bertindak seolah-olah superior, jika orang di depan kita tersebut tidak begitu "wah"! Lingkungan sudah mengajarkan secara alami hal tersebut, sayangnya. :)

Padahal, menilai orang dari luarnya kan jahat. Kita tidak memberikan kesempatan kepada diri kita sendiri untuk mengenalinya lebih jauh. Kita, hanya ingin melihat apa yang ingin kita lihat. Bukan melihat apa yang seharusnya kita lihat. Bahkan, kita lupa bahwa beauty is only skin deep.

Kalimat mas loper koran tadi sudah berubah menjadi belati tajam yang siap menikamku dan tukang servis tadi. Kami, ditelanjangi habis-habisan olehnya. Halus, tapi pedas. Dan, beruntung aku bertemu dengannya. Agar tahu bahwa, belajar melihat dunia dengan mata hati, akan jauh lebih berwarna. Itu pun jika Anda bisa! :)

#racikan dari beberapa sumber
#terinspirasi dari loper koran jalanan di bangjo, 
#pembantu
#cerdas #beasiswa #jakarta
#membaca #the not so amazing life of 
#amrazing
#servis hp 
# mari berhenti melihat dari luar

0 komentar