JURNAL #96_ KEMBALINYA PENGAJAR TPA MENUJU KKN 99

Rasanya ngajar percil-percil ngaji itu senengnya nggak karuan, ya nggak sih? Ehehe. Ya, meskipun aku bukan tipe orang yang demen banget kalau disuruh "ngemong" anak-anak, tapi sebenernya mereka itu nggak rewel-rewel banget kok. Tergantung kitanya bereaksi kek gimana, ya nggak? Ahahaha!

Demi UAS ku terselesaikan, aku rela nggak kemana-mana. Kecuali buber kelilingku. Ah, itupun juga kadang-kadang kulakukan. Sebab, tiap hari buber keliling itu juga capek men! Dan, perlu dicatat. Aku baru 2x ikut teraweh di masjid kampung. Karena seringnya aku buber keliling. Sorry. :)

Dan akhirnya, Senin kemarin aku berhasil menamatkan UAS-ku! Oh, betapa senangnya! Habis itu, aku langsung mendekam selama 2 hari di kamar. Nggak kemana-mana. Padahal, ini kan Lailatul Qadar Hilda! Di mana orang-orang berbondong-bondong nyari amalan. Lah, sampean kok malah asyik nongkrong di rumah aja! Sungguh malang. Ohalah! Maaf, saya bukan orang yang melulu beribadah, tolong jangan ditiru! :)

Akhirnya, aku putuskan untuk mengajar TPA tadi sore. Ya, baru pertamakalinya di bulan Ramadhan ini aku pergi mengajar TPA. Mmm, bukan suatu pencapaian yang amat tinggi sih. Tapi, setidaknya aku mau bergerak. Daripada Luntang Lantung di rumah, GJ! Tolong, sekali lagi jangan ditiru. 

Kalau aku mau berdalih, kenapa aku nggak meluangkan waktu untuk TPA aja setiap sore? Malah memilih buber keliling. Ya, nggak papa sih. Tiap orang kan punya pilihan dan prioritasnya masing-masing. Di mana setiap sore kita bisa bebas milih. Mau ngajar ngaji, mau buber keliling, mau kerja, mau belajar, atau mau apapun kek. Toh, yang penting itu Baek, ga masalah kan? Cukup hargai dan positif thinking aja kali, jangan dipikir berat-berat maslahat orang lain! Ahaha.

Nah, yang kusukai dari anak-anak TPA tadi adalah mereka itu nggak pernah jaim. Cuek aja sih mau bertabiat kek gimana. Kek misal, tadi ada yang masih malu-malu ngaji, lari-larian kesana-kemari, manjat jendela. Eh, tunggu! Pas bagian manjat jendela ini aku ditarik-tarik sama salah seorang anak.

Mbak-mbak, lihat si Jono manjat jendela tuh!

Refleks, aku pun kicep nggak enak buat marahin anak orang. Meski aku tahu, seharusnya aku melarangnya. Lantas, aku pun memanggil ibuku untuk menegurnya. Dasar, aku ini emang tipe-tipe melankolis banget! Hah! Ckckck.

Bu, lihat deh. Si Jono naek jendela tuh!

Padahal, ibu juga lagi ngajar TPA. Tapi aku malah memecah fokusnya! Dasar aku! Lalu ibuku pun menegurnya. Lalu dia turun. Dan nggak ada drama naek-naek jendela lagi. Ohalah, nak-anak emang gitu ya? Hhh.

Lalu, selepas ngajar TPA, aku pun buber skalean teraweh. Nah, pas teraweh ini, aku ditanya lagi sama isri si ustadz yang tadi ngimamin pas sholat. 

Mbak, sering ngajar TPA ya?

Nggak Bu, saya malah baru kali ini ngajar TPA.

Sekilas kulihat ibu-ibu tadi cuma ber oh ria. Lalu meneruskan, sekarang semester berapa mbak sekarang?

Semester 6 ini Bu. Besok habis itu saya KKN. Ehehehe, tambahku.

Oh, KKN ya? Ponakan saya dulu juga KKN. Tapi sekarang udah punya kenalan dari jurusan yang lain.

Ohiya, maksud dari percakapan terakhir itu tadi apa ya? Kok, seolah-olah mau bilang bahwa KKN adalah pembuka pintu jodoh! Ahahaha! Terus, lanjut lagi.

Semoga, besok pas KKN juga dapat mbak! 

La aku, cuma senyam-senyum aja. Nggak ngaminin, nggak gimanapun. Sedangkan ibuku, yang disampingku sendiri, yang jelas-jelas dengar, nggak buru-buru ikut mengamini juga. Cuma senyam-senyum aja. Mungkin, dalam hatinya ikut mengamininya. Hhh? 

Padahal, kalau mereka tahu. Aku kok ngerasa kasian kalau ada yang semisal benar-benar Deket sama aku pas di KKN, lantas ujung-ujungnya menaruh rasa. Kan, jadi ga enak. Kesannya, KKN dijadikan ladang pencarian jodoh. Toh, ya nggak papa sih kalau sebatas temen. Ga ada yang salah. Ya, mana baiknya ajalah. Aku ngikut alur skenarionya yang di atas! Ahaha! :)

Tabik,

#menjelang KKN 98

0 komentar