JURNAL #43_TERPAKSA MENCINTA

Seandainya Kamu dihadapkan pada dua pilihan. Siapa yang lebih kamu pilih untuk menggenapi kehidupanmu? Seseorang yang kamu cintai, tapi dia tidak mencintaimu atau seseorang yang mencintaimu tapi tidak kamu cintai? Nah?

Ya, itulah pertanyaan yang Ibu berikan sebelum Tuhan mempertemukanku denganmu. Pertanyaan pada masa-masa sulit ketika Aku bingung gelisah perihal jodoh yang tak kunjung tiba. Padahal sudah dua kali Aku gagal berproses dengan laki-laki yang kuharap bisa menggenapkan imanku. Pertanyaan ini bisa aku mengerti dan bisa Aku jawab setelah hidup berdua bersamamu.

Siapapun pasti ingin menggenapkan separuh agamanya bersama orang yang dicintainya, pikirku waktu itu. Jadi, Aku menjawab pilihan yang pertama, yaitu menggenapkan hidup bersama seseorang yang Aku cintai walaupun orang tersebut tidak mencintaiku. Dan Ibu, hanya tersenyum sewaktu mendengar jawabanku waktu itu.

“Kamu tahu, kebanyakan orang mengharapkan sosok yang ideal untuk menggenapkan hidupnya. Sosok ideal yang biasanya menjelma menjadi seseorang yang dicintai atau seseorang yang diharapkan. Sayangnya, Kita tidak hidup dalam dunia harapan. Kita hidup dalam dunia realitas. Jadi, jika semua orang berharap pasangan yang dicintainya akan menggenapi secara sempurna, rasanya tidak mungkin.

Idealnya kan sepasang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama memang sudah siap untuk mencintai sepanjang usia mereka. Tapi realitasnya, tidak semua seperti itu. Ada yang sampai pelaminan tapi tidak sampai sepanjang usia, berpisah di tengah jalan.

Ibu ingin mengatakan bahwa setiap orang akan mengalami kondisi yang tidak ideal dalam hidupnya. Hanya bentuknya saja yang berbeda-beda. Kamu pun, tak terkecuali. Jadi, tak perlu berlarut-larut dalam kesedihan. Toh, hidup bukan permasalahan ideal atau tidak. Tapi tentang bagaimana Kita menjalaninya.

“Kalau Ibu dihadapkan pada kondisi tersebut, mana yang akan Ibu pilih?”
“Memilih hidup bersama dengan seseorang yang mencintai Ibu, meskipun Ibu tidak mencintainya.”
“Kenapa?”
“Karena berusaha mencintai orang lain itu lebih mudah daripada membuat orang lain mencintai diri kita sendiri.”

Seberapa besar usaha kita untuk membuat orang lain mencintai kita, pada akhirnya yang memutuskan apakah Dia mencintai kita atau tidak, tetaplah Dia, bukan Kita. Hatinya yang merasakan. Bukan hati Kita. Sama halnya jika ada seseorang yang melukai hati kita. Membuat kita kecewa atau sederet perasaan yang menyakitkan lainnya. Pada akhirnya Kita sendiri yang harus menyembuhkannya. Karena sekali lagi, yang bisa kita kendalikan adalah hati Kita sendiri. Bukan hati orang lain.

“Lagipula, cinta hanyalah salah satu bentuk perasaan yang ada di dunia ini. Bukan satu-satunya. Bahkan bisa jadi, ada perasaan lain yang jauh lebih dibutuhkan sepasang manusia. Rasa percaya misalnya. Sepasang manusia bisa saja bertahan hidup bersama tanpa rasa cinta. Tapi melalui rasa percaya. Memang bisa? Coba kamu cari tahu saja penyebab “Kenapa sepasang manusia yang sudah hidup bersama sekian lama memilih untuk bercerai.” Alasan yang paling banyak bukan karena sudah tidak cinta, tapi sudah tidak lagi percaya. Jadi tidak perlu banyak-banyak memikirkan cinta.

“Berarti cinta itu tidak penting?”
“Penting. Tapi masih banyak yang lebih penting. Membuat bahagia, tapi masih banyak yang lebih membahagiakan. Tenang saja, kita hanya harus berusaha untuk menggapai apa yang kita harapkan. Biarkan Tuhan yang Maha Baik Yang Memutuskan. Jika memang hal itu baik untuk kita, maka pasti akan dipertemukan dengan siapa saja saja yang kita harapkan. Jika memang tidak dipertemukan, itu tandanya akan ada seseorang yang lebih baik untuk menggantikan dirinya.”


IN(SEPI)RASI dari Anwar Gelap, Para Gadis Yang Dijodohkan, Siti Nurbaya, Faizal Ainul Adha, dan Drama Because This Is My First Life.

0 komentar