JURNAL #38_THE FABULOUS UDIN

Jika cinta itu agama, maka Aku memelukmu seperti memeluk agama.

Tak akan pernah kulepas hingga Aku menua dan tiada.
Jika Aku pindah ke lain cinta, maka Aku pindah agama.
Tak akan pernah kuganti hingga Aku meregang nyawa.

Jadi ceritanya, kemarin Saya menyempatkan menonton The Fabulous Udin ini. Dari awal Saya memang agak kurang menikmati film Indonesia, namun entah mengapa tangan ini pengen gerak-gerakin buat lihat. Nah, jadilah film Indonesia itu adalah film yang Saya tonton terakhir kali. Berikut reviewnya.

Yang membuat Saya suka untuk pertama kalinya adalah kakak Si Udin yang berketurunan Batak pengen bunuh diri, karena sudah lama merantau namun tetap tidak bisa membuat kehidupan keluarganya berubah. Nah, datanglah Udin dengan tergopoh-gopoh dan memberikan beberapa potong puisi yang mengandung kata-kata satir atau sindiran yang membuat kakaknya tersadar.

Di sekolahnya, Udin kedatangan teman dari kota pengidap kanker yaitu Suri. Mereka akhirnya menjadi teman ; dekat ; dan benar-benar dekat. Hingga akhirnya teman Si Udin yang bernama Inong ini merelakan cinta mereka. Rupanya, di setiap konfliknya disajikan beberapa potong puisi dan quotes. Entah itu konflik soal education, romance, and, family.  Meskipun ini merupakan film keluaran tahun 2016, tapi cukup meruntuhkan hati para penonton.

Puisi Milik Inong

Aku berduka bukan karena kehilangan nafasmu, tapi senyummu…
Aku merana bukan karena kehilangan ragamu, melainkan keindahanmu
Akulah sahabat, tapi sahabat sesungguhnya adalah malaikat
Akulah kasih sayang, tapi kasih sayang sesungguhnya adalah Tuhan.
Hanya satu pintaku, Sudilah kau mampir ke sela mimpiku saat aku merindukanmu.

Puisi Milik Udin

Tuhan, jangan membuatku menderita.
Tutuplah kedua kelopak matanya, agar ia tenang dari deritanya
Tuhan, jangan membuatku kesakitan
Ambillah segera nafasnya, agar ia terbebas dari sakitnya..

Tuhan, jangan membuatku menangis
Hentikan denyut jantungnya, agar ia menghentikan tangisannya
Tuhan, jangan membuatku ketakutan
Baringkan ia dalam peluk-Mu, agar ia bisa membunuh rasa takutnya.

Terima kasih Tuhan, kini ia bersama-Mu
Tolong jaga dia, sampai aku memintanya kembali.
Bukan di kehidupan ini, tapi di kehidupan nanti.
Selamat jalan, sayang. Calon bidadari surgaku. –Udin

puisi.co

0 komentar